Facebook : Afdhal Ikhsan No HP/WA : 081372179201 Instagram : afdhalikhsan1 klik wa.me/6281372179201 atau gabung di grup telegram : t.me/tokoafdhalikhsan atau gabung di grup WA : https://chat.whatsapp.com/91wXto2qs7O4hvd98cX8Nu
Senin, 13 November 2017
*Disiplin Positif* Disiplin positif dewasa ini menjadi sebuah praktik pendidikan yang dirasakan memberi efek positif bagi anak-anak. Dengan menerapkannya diharapkan anak-anak mampu : โบ mengembangkan perilaku positif yang bertahan untuk jangka panjang โบ mengembangakan kemampuan untuk mengelola diri dan tahan terhadap godaan/kesulitan โบ mengembangkan motivasi internal dengan pembiasaan sejak dini. Ketiga hal tersebut dapat dibentuk dengan membangun sebuah komunikasi yang positif antara guru-murid atau orangtua-anak. Komunikasi yang positif ditandai dengan saling memanusiakan hubungan sebagai salah satu fondasinya. Istilah memanusiakan hubungan sendiri diadaptasi dari kata "characterized" yang definisinya adalah "describes characters or quality of ..." (Merriam Webster) atau "describe the nature or features of ..." Dalam konteks sebuah interaksi dan komunikasi, memanusiakan hubungan berarti menyadari bahwa setiap pribadi memiliki keunikan. Dalam setiap keunikannya, setiap pribadi memiliki harapan dan layak mendapatkan kepercayaan. Dengan sebuah interaksi yang memanusiakan hubungan, anak-anak akan mampu menumbuhkan rasa : ๐๐ป aku baik ๐๐ป aku mampu melakukan hal baik ๐๐ป aku bisa dipercaya ๐๐ป aku mampu menguasai diri ๐๐ป aku mampu menyelesaikan masalah ๐๐ป aku memiliki solusi ๐๐ป aku dapat berkontribusi Guru/orangtua mempunyai peran penting dalam proses memanusiakan hubungan, antara lain dengan : ๐๐ผ mengenali karakter, keunikan dan kebutuhan setiap anak ๐๐ผ menghargai ide/gagasan/ inisiatif/kebutuhan mereka ๐๐ผ memfasilitasinya dengan menemukan sebuah kesepakatan bersama. Contoh nyatanya antara lain: membuat kesepakatan di kelas, membuat kesepakatan di area bermain serta kesepakatan menggunakan gawai. Komunikasi positif adalah wujud dari upaya memanusiakan hubungan. Hal ini menjadi pondasi dalam menerapkan disiplin positif. *(Copas)*
*Disiplin Positif*
Disiplin positif dewasa ini menjadi sebuah praktik pendidikan yang dirasakan memberi efek positif bagi anak-anak. Dengan menerapkannya diharapkan anak-anak mampu :
โบ mengembangkan perilaku positif yang bertahan untuk jangka panjang
โบ mengembangakan kemampuan untuk mengelola diri dan tahan terhadap godaan/kesulitan
โบ mengembangkan motivasi internal dengan pembiasaan sejak dini.
Ketiga hal tersebut dapat dibentuk dengan membangun sebuah komunikasi yang positif antara guru-murid atau orangtua-anak. Komunikasi yang positif ditandai dengan saling memanusiakan hubungan sebagai salah satu fondasinya.
Istilah memanusiakan hubungan sendiri diadaptasi dari kata "characterized" yang definisinya adalah "describes characters or quality of ..." (Merriam Webster) atau "describe the nature or features of ..."
Dalam konteks sebuah interaksi dan komunikasi, memanusiakan hubungan berarti menyadari bahwa setiap pribadi memiliki keunikan. Dalam setiap keunikannya, setiap pribadi memiliki harapan dan layak mendapatkan kepercayaan.
Dengan sebuah interaksi yang memanusiakan hubungan, anak-anak akan mampu menumbuhkan rasa :
๐๐ป aku baik
๐๐ป aku mampu melakukan hal baik
๐๐ป aku bisa dipercaya
๐๐ป aku mampu menguasai diri
๐๐ป aku mampu menyelesaikan masalah
๐๐ป aku memiliki solusi
๐๐ป aku dapat berkontribusi
Guru/orangtua mempunyai peran penting dalam proses memanusiakan hubungan, antara lain dengan :
๐๐ผ mengenali karakter, keunikan dan kebutuhan setiap anak
๐๐ผ menghargai ide/gagasan/ inisiatif/kebutuhan mereka
๐๐ผ memfasilitasinya dengan menemukan sebuah kesepakatan bersama.
Contoh nyatanya antara lain: membuat kesepakatan di kelas, membuat kesepakatan di area bermain serta kesepakatan menggunakan gawai.
Komunikasi positif adalah wujud dari upaya memanusiakan hubungan. Hal ini menjadi pondasi dalam menerapkan disiplin positif.
*(Copas)*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar