Senin, 13 November 2017

*Disiplin Positif* Disiplin positif dewasa ini menjadi sebuah praktik pendidikan yang dirasakan memberi efek positif bagi anak-anak. Dengan menerapkannya diharapkan anak-anak mampu : ☺ mengembangkan perilaku positif yang bertahan untuk jangka panjang ☺ mengembangakan kemampuan untuk mengelola diri dan tahan terhadap godaan/kesulitan ☺ mengembangkan motivasi internal dengan pembiasaan sejak dini. Ketiga hal tersebut dapat dibentuk dengan membangun sebuah komunikasi yang positif antara guru-murid atau orangtua-anak. Komunikasi yang positif ditandai dengan saling memanusiakan hubungan sebagai salah satu fondasinya. Istilah memanusiakan hubungan sendiri diadaptasi dari kata "characterized" yang definisinya adalah "describes characters or quality of ..." (Merriam Webster) atau "describe the nature or features of ..." Dalam konteks sebuah interaksi dan komunikasi, memanusiakan hubungan berarti menyadari bahwa setiap pribadi memiliki keunikan. Dalam setiap keunikannya, setiap pribadi memiliki harapan dan layak mendapatkan kepercayaan. Dengan sebuah interaksi yang memanusiakan hubungan, anak-anak akan mampu menumbuhkan rasa : πŸ™‹πŸ» aku baik πŸ™‹πŸ» aku mampu melakukan hal baik πŸ™‹πŸ» aku bisa dipercaya πŸ™‹πŸ» aku mampu menguasai diri πŸ™‹πŸ» aku mampu menyelesaikan masalah πŸ™‹πŸ» aku memiliki solusi πŸ™‹πŸ» aku dapat berkontribusi Guru/orangtua mempunyai peran penting dalam proses memanusiakan hubungan, antara lain dengan : πŸ‘‰πŸΌ mengenali karakter, keunikan dan kebutuhan setiap anak πŸ‘‰πŸΌ menghargai ide/gagasan/ inisiatif/kebutuhan mereka πŸ‘‰πŸΌ memfasilitasinya dengan menemukan sebuah kesepakatan bersama. Contoh nyatanya antara lain: membuat kesepakatan di kelas, membuat kesepakatan di area bermain serta kesepakatan menggunakan gawai. Komunikasi positif adalah wujud dari upaya memanusiakan hubungan. Hal ini menjadi pondasi dalam menerapkan disiplin positif. *(Copas)*



*Disiplin  Positif*

Disiplin positif dewasa ini menjadi sebuah praktik pendidikan yang dirasakan memberi efek positif bagi anak-anak.  Dengan menerapkannya diharapkan anak-anak mampu :
☺ mengembangkan perilaku positif yang bertahan untuk jangka panjang
☺ mengembangakan kemampuan untuk mengelola diri dan tahan terhadap godaan/kesulitan
☺ mengembangkan motivasi internal dengan pembiasaan  sejak dini.

Ketiga hal tersebut dapat dibentuk dengan membangun sebuah komunikasi yang positif antara guru-murid atau orangtua-anak. Komunikasi yang positif ditandai dengan saling memanusiakan hubungan sebagai salah satu fondasinya.

Istilah memanusiakan hubungan sendiri diadaptasi dari kata "characterized" yang definisinya adalah   "describes characters or quality of ..." (Merriam Webster) atau "describe the nature or features of ..."

Dalam konteks sebuah interaksi dan komunikasi, memanusiakan hubungan berarti menyadari bahwa setiap pribadi memiliki keunikan. Dalam setiap keunikannya, setiap pribadi memiliki harapan dan layak mendapatkan kepercayaan.

Dengan sebuah interaksi yang memanusiakan hubungan, anak-anak akan mampu menumbuhkan rasa :
πŸ™‹πŸ» aku baik
πŸ™‹πŸ» aku mampu melakukan hal baik
πŸ™‹πŸ» aku bisa dipercaya
πŸ™‹πŸ» aku mampu menguasai diri
πŸ™‹πŸ» aku mampu menyelesaikan masalah
πŸ™‹πŸ» aku memiliki solusi
πŸ™‹πŸ» aku dapat berkontribusi

Guru/orangtua mempunyai peran penting dalam proses memanusiakan hubungan, antara lain dengan :
πŸ‘‰πŸΌ mengenali karakter, keunikan dan kebutuhan setiap anak
πŸ‘‰πŸΌ menghargai ide/gagasan/ inisiatif/kebutuhan mereka
πŸ‘‰πŸΌ memfasilitasinya dengan menemukan sebuah kesepakatan bersama.

Contoh nyatanya antara lain: membuat kesepakatan di kelas, membuat kesepakatan di area bermain serta kesepakatan menggunakan gawai.

Komunikasi positif adalah wujud dari upaya memanusiakan hubungan. Hal ini menjadi pondasi dalam menerapkan disiplin positif.
*(Copas)*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar