Kamis, 25 Februari 2016

NUR AGIS AULIA UNTUK YOUNG HEROES KICK ANDY 2016 (085725847570/afdhalikhsan1@gmail.com)

Mohon bantuan Teman-Teman utk membaca profil sahabat saya Nur Agis Aulia,jika Teman-Teman masih belum mendapatkan secara lengkap mengenai dirinya maka silahkan tanya sepuasnya langsung kepada beliau melalui Facebook Nur Agis Aulia atau melalui teman-temannya di Facebook mengenai dirinya.Setelah Teman-Teman meriset Nur Agis Aulia n Teman-Teman merasa Nur Agis Aulia pantas dinobatkan sebagai Young Heroes Kick Andy 2016,bisa diklik link nya ๐Ÿป

http://kickandy.com/­heroes/profile/­yheroes/­nur-agis-aulia

NUR AGIS AULIA

Setelah lulus dari Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, Universitas Gajah Mada, Agis berniat menjadi petani. Namun karena merasa bekal yang didapat di kampus belum cukup, Agis mengikuti program Indonesia Bangun Desa yang diselenggarakan Yayasan Pengembangan Insan Pertanian. Agis merupakan angkatan pertama dalam Program Indonesia Bangun Desa tersebut. Angkatan pertama dimulai dari tahun 2013, satu tahun setelah gerakan Indonesia Bangun Desa yang didirikan oleh alumni IPB ini dibentuk. 

Selain training yang dilakukan, Agis juga mendapat beragam pelatihan, seperti efisiensi bercocok tanam dan berternak, serta soft skill kepemimpinan selama tiga bulan sebelum penerjunan ke tempat petani dan peternak. Setelah menyelesaikan pelatihan, ia ditempatkan di Desa Ciapus, Kabupaten Bogor, selama sembilan bulan. Dalam kurun waktu sembilan bulan tersebut Agis terjun langsung mendampingi petani ikan dalam budidaya ikan koi.

Setelah mengikuti program Indonesia Bangun Desa, Agis memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Serang, Banten untuk mengembangkan potensi daerahnya. Ia melihat Banten memiliki potensi pertanian yang luar biasa. Tidak hanya pertanian tapi juga peternakan. Keinginannya untuk berkontribusi mewujudkan swasembada pangan, mendorong Agis merintis usaha peternakan sapi perah, kambing etawa, dan domba. Usaha yang dinamai Waringin Farm tersebut berfokus pada penggemukan dan pemasaran ternak. Di samping mendirikan usaha peternakan, Agis kembali melihat peluang untuk memenfaatkan lahan pertanian di sana. Baginya ketika ia beternak dan tidak bertani adalah sebuah kerugian.

Keputusaan Agis untuk menekuni usaha peternakan dan pertanian sempat tidak mendapat restu dari sang ibu. Apalagi saat ia diterima bekerja di sebuah BUMN, dan Agis malah lebih memilih mengikuti pelatihan pertanian di Bogor. Sedang ayahnya memberikan kelonggaran. Namun sang ayah memberi syarat, jika satu tahun tidak ada hasil maka Agis harus bekerja. Agis menawarnya menjadi dua tahun.

Setelah menanam sayur-sayuran dan juga padi, Agis mulai masuk ke dunia peternakan. Meski awalnya merasa kesulitan dalam memasarkan produk ternaknya, seperti susu murni, lantaran dirasa susu yang dijualnya bukan dari sapi yang bagus dengan meihat keadaan Banten yang tidak cocok untuk ternak sapi dan kambing perah. Agis pun harus berjuang untuk menarik konsumen dengan menjual susu murni tersebut keliling komplek bersama pegawainya. Dalam waktu satu bulan, warga pun mulai mengenal dan percaya dengan produk ternak Agis.

Kini, peternakan yang Agis gagas sudah menguntungkan. Puluhan juta dapat ia kantongi setiap bulannya. Ia pun membagi bisnisnya menjadi tiga yaitu, harian, mingguan, dan tahunan. Untuk harian, ia ambil dari susu murni yang ia perah dari sapi dan kambing. Untuk mingguan ia dapat dari aqiqah kambing, dan sate kambing ke penjual sate. Untuk tahunan ia memanfaatkan momentum hari raya Qurban.

Selain sibuk dengan usahanya, Agis juga aktif merintis mendirikan komunitas Banten Bangun Desa yang diperuntukkan bagi anak-anak Sekolah Dasar. Menurutnya, seluruh lapisan masyarakat Indonesia perlu memiliki rasa bangga dan tanggung jawab atas potensi pertanian dan peternakan yang ada. Agis hanya ingin membentuk sebuah wadah bagi para petani dan peternak muda di Banten untuk sarana sharing dan support. Dengan adanya wadah yang disebut komunitas Banten Bangun Desa ini pun harapannya semakin banyak petani muda yang mau mengembangkan usaha di desa dan mampu mengoptimalkan potensi desa dalam bidang pertanian dan peternakan.

Selain itu, Agis dan teman-temannya juga menggagas Koperasi Kampung Asem Gede yang menjadi sebuah role model pemberdayaan masyarakat berbasis semangat koperasi.. Bersama dengan pemuda-pemudi Kampung Asem Gede, Agis menggagas koperasi tersebut dan membaginya menjadi beberapa zona, yaitu ada zona pendidikan, zona sehat, zona hijau, zona kreatif, dan zona ekonomi. Zona-zona tersebut menekankan dalam pemberdayaan masyarkat dalam 4 variabel yg harus dibangun secara komperhensif yaitu bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan infrastruktur.

Agis berharap apa yang dirintisnya saat ini dapat memberi dampak bagi lingkungan sekitarnya. Ia juga berharap usahanya dapat menjadikannya lebih mandiri dan berdaya. Yang terpenting menurut Agis, semua orang dilahirkan dengan potensi beragam. Meski Indonesia memiliki potensi agrikultur yang baik, bukan berarti semua orang harus menjadi petani seperti dirinya.
https://youtu.be/­LWJC_2jSNnM
https://youtu.be/­dYQVcJxOdqU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar