Di
tengah suntuknya mengerjakan skripsi di bulan Ramadhan ini karena bingung mau
menulis apa lagi, ya tercetuslah untuk berbagi hikmah yang aku dapatkan di
bulan semulia Ramadhan ini. Hanya sekedar bercermin apa yang telah aku lakukan
di bulan Ramadhan dan pelajaran yang aku dapatkan bisa bermanfaat bagi semua,
tak ada maksud untuk riya ataupun pamer. Biarlah Allah yang menilai niatku ini.
Pada penentuan awal bulan Ramadhan, sebenarnya aku pun dibingungkan oleh dua
tanggal dimulainya bulan suci ini. Senin tanggal 8 Juli 2013, saat itu aku
puasa sunnah Senin seperti biasa yang kulakukan, aku memutuskan untuk ikut
sebuah acara Tahfidz di sebuah Panti Asuhan Khoiru Ummah di dekat Jombor,
Sleman. Info acara ini pun kudapat dari publikasi di Facebook seorang teman
yakni Mas Satria Bhirawa Anoraga.
Sebelum memutuskan untuk ikut, aku sudah menanyakan beberapa hal dengan
Mas Bhirawa selaku penanggungjawab acara tersebut via Facebook terkait aku
ingin bergabung di acara tersebut
seperti apakah aku dibolehkan ikut program ini dari tanggal 8 Juli sore sampai
tanggal 10 pagi dikarenakan tanggal 10 sore aku harus berangkat ke kota
Tangerang Selatan untuk menjemput rizki yang insya Allah halalan thayiban. Beliau pun mengizinkan dan pada tanggal 8
Juli sore pun aku bertemu dengan beliau untuk pertama kali karena selama ini
kontak kami hanya via Facebook. Betapa uniknya hidup di zaman sekarang ketika
hubungan di dunia maya (semu) yang akrab pun berimbas kepada hubungan di dunia
yang nyata. Bahkan terkait dunia maya ini, aku pun punya cerita cinta dimana
aku jatuh cinta kepada seorang gadis via Facebook dan mau mengajaknya untuk
menikah serta belum pernah bertemu sama
sekali. Mungkin karena belum jodohnya, hubungan menuju pelaminan pun kandas
karena permintaanku yang sangat berat sekali. Mau tau permintaanku apa untuk
calon istriku? Kalau kata Abang Ridwan Budiman yang alay, MTB atau MTA? Mau Tau
Buanget atau Mau Tau Aja? Untuk permintaanku itu akan kubocorkan jika engkau
adalah calon istriku aja.haha.^_^
Lalu
bagaimana dengan dirimu dan hubunganmu dengan teman di Facebook?Apakah pernah
mengalami sepertiku,Sahabat?Silahkan dijawab.
Sekarang aku fokus kepada
tanggal 8 Juli lagi. Hihi.Tanggal 8 Juli jam 5 sore, aku bertemu dengan Mas
Bhirawa pertama kali di Masjid Al Ashri Pogung Rejo, di dekat Sekretariat HMI
Cabang Sleman, tempat aku menumpang tidur selama dua bulan yang lalu.
Terimakasih kepada Sahabat HMI Cabang Sleman maupun alumni yang telah
mengizinkanku “merecoki” Sekre dan aku pun mendapatkan banyak teman dan cerita
di sana. Aku dibonceng Mas Bhirawa menuju Panti Asuhan Khoiru Ummah di dekat
Jombor bersama dua teman lainnya. Aku pun sudah membawa persiapan menginap 2
malam 1 hari di sana. Aku telah terbiasa untuk packing secepat mungkin karena
maklum aku musafir cinta yang selama satu tahun yang lalu berpindah-pindah
tempat tidur serta aktivitas sehari-sehari mulai dari Sekretariat BEM-Senat KM
UGM, Mess Gama Global di Tangerang Selatan, Musholla Koperasi “Kopma UGM”,
Masjid Kampus UGM sampai terakhir di Sekretariat HMI Cabang Sleman. Bahasa
kasarnya itu tunawisma atau tak punya tempat tinggal. Haha. Setiba, di Panti
Asuhan Khoiru Ummah, aku mendapat briefing terkait
teknis pelaksanaan program Hafalan Qur’an ini.
Tiba-tiba
Mas Bhirawa bertanya kepadaku setelah menunaikan shalat Maghrib berjama’ah di
Musholla dekat Panti Asuhan tersebut, “San,kamu puasa kapan?”
“Aku
belum tau,Mas.Aku mau liat sidang itsbat dulu”, aku menjawab.
Setelah
itu, aku pun mengecek di HPku yang punya aplikasi TV, aku sengaja membeli HP
ini untuk update info slalu. Hihi.
Di
sidang itsbat itu diputuskan pemerintah menetapkan tanggal 10 hari Rabu sebagai
awal bulan Ramadhan sedangkan Muhammadiyah memutuskan tanggal 9 hari Selasa
sebagai pintu pembuka Ramadhan. Aku merasa lebih yakin terhadap keputusan
Muhammadiyah ini. Untuk alasannya, akan sangat panjang kali lebar serta tinggi
aku jelaskan di sini. Aku pun mulai shalat Tarawih tanggal 8 malam. Setelah
shalat Tarawih, aku pun mendapat tugas menghafal surat langsung dari Ustadz Hasbi
serta mengajarkan metode halafan Qur’an yang baru aku kenal yakni dengan
pengulangan pembacaan ayat. Misalnya, aku membaca ayat pertama sampai tujuh
kali lalu ayat kedua delapan kali kemudian disambung dibaca ayat pertama dan
kedua tujuh kali. Begitu seterusnya dengan disesuaikan dengan keterkaitan arti
ayat ataupun bunyi yang sama. “Di sini banyak mainnya hati”, kata Ustadz Hasbi.
Itu sekilas dari teknik menghafalnya. Setelah aku mencukupkan hafalanku
tersebut, perutku jadi lapar maka beraksilah Afdhal Ikhsan mencari makan di
malam hari. Aku pergi ke luar. Kebetulan tadi ada angkringan di persimpangan
jalan dekat Panti Asuhan tersebut. Nongkronglah aku di sana. Betapa puasnya aku
makan di angkringan tersebut, bagaimana tidak, sudah nasi kucingnya porsi buanyak
plus jamur lagi. I LIKE IT. Seperti biasa, di angkringan tersebut, aku berusaha
bersosialisasi dengan warga sekitar layaknya intel masuk kampung. Haha. Rupanya suami dari Ibu
pemilik angkringan tersebut dulunya adalah penarik becak di Kampus UGM. Setelah
perut kenyang, saatnya turuuuuuuuuuuu alias tidur.haha.^_^
Selasa
9 Juli 2013 dini hari, aku bangun untuk shalat Tahajjud plus sahur bersama
anak-anak Panti Asuhan Khoiru Ummah dengan gorengan tempe yang uenak tenan.
Setelah shalat Shubuh berjama’ah di Masjid, aku dan anak-anak Panti Asuhan
Khoiru Ummah berlomba-lomba untuk menghafal Al-Qur’an. Ternyata aku kalah dari
mereka. Beginilah kalau otakku sudah banyak virusnya. Aku menyesal sangat
kenapa aku tidak menggiatkan hafalan Qur’an sejak seumuran mereka skitar 8-12
tahun. Aku dulu sangat terkenal dengan jago hafalan Qur’anku sejak SD dan
Madrasah Ibtidaiyah Babussalam di kotaku Padang. Aku selalu memenangi lomba
hafalan Qur’an ataupun Hadits ketika disuruh guruku di kelas dan aku selalu
menjewer teman-temanku yang tidak hafal atas suruhan guruku Pak Akhirul
Siregar.Tapi sekarang hafalanku rontok. Astaghfirullah. Banyak sekali dosa yang
telah kulakukan sehingga hafalanku juga berguguran yang kutanam sejak SD. Untuk
mengejar ketertinggalanku dari adek-adek Panti Asuhan Khoiru Ummah, aku harus
menghafal lebih lagi. MAN JADDA WAJADDA. Siapa yang bersungguh-sungguh akan
berhasil layaknya pedang yang tumpul pun bisa menebas kayu yang kuat jika terus
diasah.
Rabu,
10 Juli 2013 pagi, aku pun siap-siap untuk balik ke Sekretariat HMI Cabang
Sleman untuk persiapan pergi ke Tangerang Selatan jam 3 sore. Setibanya, di
Sekre aku pun mengemas barang-barang yang akan kubawa lalu aku meng-sms Bu
Yuni, koordinatorku di Gama Global, untuk memastikan kepulangan tim ke rumah
masing-masing setelah bertugas di Tangerang Selatan. Beliau belum bisa
memastikan kapan akan pulang lalu aku menanyakan aku harus beli tiket pesawat
untuk pulang ke Padang tapi aku bingung kapannya dan ditentukan harga tiket
yang makin lama makin melangit layaknya pesawat. Yaiyalah, Lebaran gitu plus
para perusahaan mengambil untung sebanyak mungkin pada saat ini serta orang
Minang seluruh dunia pada banyak yang mudik. Aku memberikan 2 alternatif kepada
koordinatorku Bu Yuni yang tanggal lahirnya sama denganku tapi beda 9 tahun
lamanya (sudah kayak judul lagu aje.haha.Aku sering bercanda terkait umur ini
ke beliau. Syukurnya beliau adalah kakak yang paling asyik diajak bercandaan
yang pernah aku kenal). Dua alternatif tersebut yakni aku pulang tanggal 25 Juli
karena harga tiketnya sekitar 700 ribuan yang pernah aku cek bersama Aditya
Nugroho, temanku yang kebetulan mau pulang ke Tangerang juga tapi tanggal 26
Juli dari Jogja atau aku pulang terserah Ibu Yuni mau kapan aja, mau tanggal 7
Agustus (H-1) pun aku siap dengan konsekuensi harga tiket sekitar 1,2-1,5 juta
dari Cengkareng menuju Padang kota tercinta kujaga dan kubelai. Ibu Yuni juga
mengecek harga tiket pesawat dan beliau mengiyakan apa kataku. Dan yang paling
aku senang adalah beliau mengizinkanku membeli tiket pesawat tanggal 25 Juli
agar aku bisa segera berkumpul dengan keluargaku. Terimakasih atas
pengertiannya, Saudari
Kembarku 9 tahun lamanya. Haha.^_^
Tanggal
10 Juli jam 3 sore pun aku dijemput oleh Alpa (bukan Alphard lho ya.Ini hanya
bercandaan kami. haha.).
Alpa ini adalah mobil yang cukup berumur bahkan mungkin umurnya lebih tua
denganku tapi mobil ini tahan banting dalam membawa orang-orang besar seperti
diriku dengan bobot yang berlebih serta menghadapi jalanan di Banten yang mohon
maaf aku bilang sangat parah rusaknya. Banten adalah provinsi yang paling dekat
dengan ibukota tapi jalannya buat aku geleng-geleng dalam arti sebenarnya
karena jalanannya seperti wahana bermain “Ombak Banyu” yang sering kami sebut
agar dibawa nyante kayak di pante. haha.^_^
Aku
ditelpon Bu Yuni berkali-kali untuk menjelaskan dimana Sekretariat HMI Cabang
Sleman Pogung Rejo. Saat itu hujan juga menyertai kepergian ke Tangerang
Selatan. Di dalam Alpa, ku berkenalan dengan 4 teman baru yakni Ade, sang supir
kita yang gaul dengan penampilannya serta sudah menikah dan mempunyai balita
yang lucu. Lalu ada Fajar Panji Anggara, mahasiswa jurusan Perikanan 2011 yang
cerewat abiz tenan karena sepanjang perjalanan beliaulah yang paling bersuara.
Peace,Bro! Beliau kami jemput di Purworejo. Kemudian temanku ini malah
kebalikan dengan Fajar yakni Mas siapa ya namanya, koq aku tiba-tiba lupa.
Karena beliau sangat pendiam sekali. Dan yang terakhir yakni Ria Wirono alias
Ria Widyaningrum, mahasiswi jurusan Sosial Ekonomi Pertanian dan Ibu Ketua
Departemen Kewirausahaan Klinik Agromina Bahari alias KAB yang selalu sibuk
dengan Hpnya untuk koordinasi dengan temannya. Dua teman lagi yang semobil
denganku yang sudah aku kenal yakni Bu Yuni sebagai co-pilot yang setia
menemani Ade untuk melintasi jalur selatan menuju Tangerang Selatan walaupun
sebenarnya dia belum pernah melewati jalur ini. Biasanya kami melewati jalur
Pantura akan tetapi pada saat itu lagi perbaikan jalan dan akan macet. Satu
lagi yakni Diah Fitria, mahasiswi Sosial Ekonomi Pertanian yang sebelumnya
telah lulus D3 Sastra Inggris. Aku mengenal beliau ketika beliau menjadi part
timer di Koperasi “Kopma UGM”.
Di
jalur selatan ini aku melewati daerah Ciamis nan Manis serta Tasikmalaya. Di
kota ini, aku mempunyai banyak kenalan. Sayang sekali, kami melintasi daerah
ini ketika menuju tengah malam. Jadi, aku tak bisa meliat dengan jelas
keindahan kota ini. Kami juga melewati tol Padalarang yang terkenal dengan
kasus kecelakaan artis Syaiful Jamil yang menewaskan istri tercintanya. Bu Yuni
bilang tol ini cukup berbahaya karena anginnya yang bikin ngantuk yang membuat
para supir tertidur. Alhamdulillah, kami berhasil melewatinya tapi aku cukup
deg-degan dibuatnya. Kami memutuskan untuk sahur di tempat peristirahatan yang
disediakan di jalan tol. Aku sudah memperkirakan bahwa harga makanan di sana
akan selangit. Bayangkan saja Pop Mie seharga 9 ribu rupiah sedangkan untuk
nasi berkisar 20 ribu rupiah. Bu Yuni dan beberapa temanku membelinya akan
tetapi aku cukup sahur dengan air mineral 1,5 liter, pemberian Bu Yuni.
Alhamdulillah,
jam 9an kami tiba di Mess Gama Global tercinta. Aku pun langsung tepar
dibuatnya. Sorenya, kami sudah diberikan
pengarahan terkait SOP dan job desknya serta langsung tampil untuk presentasi.
Pada saat presentasi, aku memang berperan sebagai anak “nakal” yang sering
heboh dan mengganggu temanku yang sedang presentasi agar mereka kebal
menghadapi anak sepertiku di sekolah. Presentasi berlangsung serius tapi cukup
santai dengan canda tawa terselip. Yang menarik presentasi ini dikemas seperti
X Factor. Ria berperan sebagai Fatin yang didampingi Diah Fitria sebagai Rossa.
Fajar sebagai Mikha yang didampingi Bu Yuni sebagai Anggun. Dan terakhir Mas
Muchtar sebagai Newdie (aku juga ga tau apa benar namanya itu karena aku juga
jarang nonton yang kayak begituan. haha.) bersama Mas JeJe (Jeffri Jenggotan)
menjadi Ahmad Dhani karena jenggotnya.
Penampilan
dari Ria “Fatin” yang lucu tapi terkesan galak dengan intonasinya. Fajar yang
berusaha tampil wibawa dengan menggundulkan kepalanya seperti diriku akan tetapi masih keliatan mudanya
karena terlalu berlebihan dalam presentasi bahkan sering dipanggil Kakak di
sekolah. Mas Muchtar yang sudah berwibawa karena latar belakang keguruannya
tapi kekakuan badannya khususnya tangannya yang sering membuat kita
terpingkal-pingkal ketawa. Sayang sekali, pengumuman penampilan terbaik ini
tidak aku saksikan karena aku tepar. Latihan presentasi ini memakan waktu dari
Kamis tanggal 11 sore sampai Minggu tanggal 14 sore.
Pada
tanggal 15 hari Senin pagi, sesuai dengan instruksi Bu Yuni untuk bangun jam
2.30 dan berangkat jam 4 pagi menuju sekolah yang akan kita kunjungi. Kalau
saat bertugas di Gama Global edisi Oktober dan Januari yang lalu, aku sering
mandi di Masjid karena kalau aku mandi di Mess hanya dibatasi waktu 5 menit
sedangkan aku biasanya buang air besar plus mandi memakan waktu setengah jam.
Akan tetapi pada edisi bulan Juli ini, aku hanya pada saat pertama kali saja
mandi di Masjid karena aku mandi di kamar mandi yang ditutupi hanya sehelai
kain kuning. Yang dimana nanti aku membuat kesalahan yang tidak sengaja.
Mungkin karena di rumah aku suka main dengan tirai. hihi. Dan kamu akan tau apa
kesalahanku. hoho.
Aku mohon maaf dengan sangat sekali.^_^
Bu
Yuni selalu memberikan tugas kepadaku agar memberikan cerita kepada teman-teman
SMA kelas 3. Aku memanfaatkan momen ini dengan menggali apa cita-cita mereka
melalui karangan Bahasa Inggris serta agar silahturahim kami terus terjalin aku
biasanya meminta mereka menyelipkan nama Facebook dan twitter mereka agar aku
bisa terus saling berbagi ilmu dan info. Aku menambahkan mereka menjadi temanku di Facebook dan
mention di Twitter mereka ketika di Mess. Aku ingin hubungan kami tidak hanya 2
jam saja akan tetapi bisa berlangsung terus dan abadi. Kayak
opo wae. haha.
Pada
edisi bulan Juli ini, aku berpetualang ke SMA dan MAN di Kabupaten Tangerang
serta di Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi. Insya Allah, jika Allah mengizinkan
bulan September dan Oktober, akau akan kembali berpetualang SMA se Banten dan
Bodetabek. Di perjalanan ini aku melihat bagaimana kondisi pembangunan di
Banten. Yang paling berkesan dari situ adalah jalannya yang rusak, buanyak
pabrik dan kesenjangan yang besar antara desa dengan kota. Aku kadang berpikir
apakah pemimpin di Banten ini pernah melewati jalan ini seperti yang aku lalui
dan berinteraksi dengan masyarakat akar rumput. Ataukah mereka sudah nyaman di
tampuk kekuasaan atau mereka mendiamkan semua ini? Kemana aku harus mencari
pemimpin seperti Nabi Muhammad, Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Azis dan
pemimpin yang sederhana serta adil seperti itu?
Di
setiap penggembaraanku sebagai musafir cinta, aku tak akan jauh dengan Masjid
sebagai pusat kehidupan dan pusat peradaban bagiku. Di Masjid Darussalam
Perumahan Amarapura kota Tangerang Selatan, aku bisa berinteraksi sosial dengan
orang-orang hebat seperti Pak Natsir yang jago tafsir, jama’ah yang hafizh
Qur’an dan berbagai macam orang lainnya. Tak ketinggalan aku pedekate dengan
anak-anak kompleks baik itu para anak laki-laki dengan cara berbuka bersama
dengan mereka dan anak perempuan dengan cukup tersenyum kepada mereka. Yang
paling lucu adalah aku sering dipanggil Om. Betapa tuanya diriku. haha.^_^
Aku
paling suka mengamati ketika berangkat shalat Tarawih, ada kepala keluarga yang
memboyong semua anggota keluarganya pergi ke Masjid. Di dalam hatiku, aku ingin
suatu saat aku juga memboyong orangtuaku dan adikku pergi ke Masjid setiap
waktu shalat dan juga ketika aku menjadi kepala keluarga. AAMIIN. Ada kemesraan
dan insya Allah ada pertemuan abadi di surga nanti. AAMIIN.^_^
Ketika
aku piket memasak nasi di rice cooker, nasi yang kubuat selalu berlebihan dan
kekurangan air. Kalau berlebihan maka jadi buburlah dia. Kalau kekurangan maka
jadi keringlah nasinya. Maklum, di keluargaku, aku tidak terbiasa mengurusi hal
tersebut karena Emakku dan adik perempuanku yang sering mengurusi lahan itu.
Aku tinggal beres aja. Tapi aku bertekad untuk belajar. Kalau untuk lauk dan
sayuran, biasanya kami beli di luar karena rempong kalau harus memasak. Kalau
aku dapat jatah piket untuk beli maka langgananku adalah Warteg Bahari yang ada
lauk tongkolnya. Tongkol ini sangat murah Cuma dua ribu rupiah dan bergizi.
Maka sahur dan buka puasa kami dihiasi oleh tongkol ini. haha.^_^
Pada
hari Minggu, biasanya kami off tapi kami paginya harus kerja bakti. Bagianku
adalah mengepel. Setelah kerja bakti, kami pun berencana pergi ke Pasar Senen
untuk shopping. Kalau diriku niatnya Cuma survey harga di sana dan melihat
barang-barangnya. Namanya juga diriku pengusaha maka itu yang aku liat. Kami
berangkat dari Stasiun Serpong menuju Tanah Abang naik KRL dengan tiket cuma
2.500. Wow, luar biasa padat keretanya.
Alhamdulillah, aku
sudah terbiasa dengan kepadatan karena selama 6 tahun sejak sekolah di SMP 1
dan SMA 1 Padang aku langganan bus kota nan super padat bahkan sampai
bergelantungan layaknya monyet. Fajar yang lucunya masih sempat mau tidur
ketika berdiri di KRL. Benar-benar Mister Turu II beliau. Mister Turu 1 adalah
Mas JeJe karena beliau gampang tidur dan kalau dibangunin susah abiz kalau
bukan waktunya bangun. Aku, Fajar, Ria dan Fitri berpisah dengan Bu Yuni yang
memilih berhenti di Tanah Abang. Sedangkan kami menuju Pasar Senen dengan naik
bajaj berempat dengan biaya 25 ribu rupiah. Aku memangku Fajar dan tidak lupa
kami mengabadikan momen lucu ini dengan berfoto. Haha.
Sesampainya
di Pasar Senen jam 10an, pada awalnya kami berencana menunggu Mbak Nana yang
mau ikut eh tapi dikhawatirkan akan lama karena masih OTW (Oke Tunggu Wae, beliau bersama Mbak Yuni
masih di Stasiun Tangerang. Gile aja.), kami pun memutuskan untuk berburu
berempat. Yang paling heboh belanja itu adalah Fitri. Aku hanya memberikan
pendapatku aja dan Ria serta Fitri terkena omonganku karena aku bilang semua
barang itu bagus. “Ini bagus lho, Ria. Ini udah cocok denganmu,Fit.” Maklum
rayuan penjualku juga keluar.haha. Yang ga habis pikir adalah Fajar kembali
tertidur di tengah kesibukan duo cewek ini berbelanja baju. Dan bayangkan, Mbak
Nana baru tiba di Pasar Senen jam 13.30 sedangkan kami sudah selesai
berbelanja. Ditambah lagi kami juga pusing mencari beliau karena Pasar Senen
itu sangat luas sekali. Akhirnya, kami hanya bertemu sebentar dengan Mbak Nana
dan Mbak Yuni. Karena kami sudah janji kepada Bu Yuni untuk pulang sekitar jam
2. Akhirnya, aku pulang dengan membawa 3 kantong belanjaan Fitri dan kami naik
bajaj berempat lagi. Kali ini bajaj yang sangat ngebut sekali. haha.
Aku
sangat mencintai pekerjaanku di Gama Global ini karena di tim ini aku selalu
mendapati keluarga baru yang saling mengerti dengan tiap karakternya. Seperti
Bu Yuni yang sangat paham kalau seorang Afdhal Ikhsan stress biasanya untuk
menurunkannya dengan bercanda walaupun kondisi saat itu genting sekali. Selain
itu, aku mendapat sahabat baru di SMA se Banten dan Bodetabek yang alay dan
unyu-unyu. Aku merasa kembali muda eh emang sekarang aku sudah tua. haha. Di Gama Global, aku
bisa menyalurkan hobiku jalan-jalan gratis se Banten dan Bodetabek sambil menyelami hikmah di
setiap perjalananku.
Hari
Kamis 25 Juli 2013, hari terakhirku bertugas di SMA 6 Kabupaten Tangerang yang
sangat dekat dengan Mess Gama Global di banding SMA dan MAN yang pernah kita
kunjungi edisi bulan Juli ini. Jam 10an kami sudah tiba di Mess dan diriku
bersiap untuk packing. Setelah shalat Dzuhur berjama’ah di Masjid Darussalam
untuk terakhir kali, aku pun tidur siang dulu agar kuat menghadapi perjalanan
menuju Padang. Jam 2 siang aku pun dibangunin Bu Yuni untuk segera mandi dan
berangkat ke Bandara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng. Aku diantar oleh
Mas Jeffri dengan motor selama 1 jam lebih mengarungi jalan raya kota Tangerang
Selatan dan kota Tangerang nan padat merayap.
Setiba
di Bandara Internasional Soekarno Hatta, aku langsung check in dan hampir saja
tasku ketinggalan di tempat pemeriksaan barang karena kelupaan. Alhamdulillah,
aku diingatkan oleh petugas Lion Air yang meminta KTPku untuk check in. Aku
langsung segera berlari ke tempat pemeriksaan barang dan petugas di sana
menanyakan kepadaku apa isi tasku. Aku pun dengan siganya menjawab laptop
Asusku yang tercinta yang setia menemaniku selama 1,5 tahun lebih (pada saat
aku menulis cerita ini, laptopku basah karena kehujanan serta sempat eror.
Semoga laptopku ini baik-baik saja dan kembali menemaniku. Dia ibarat istri
pertamaku.haha.)
Setelah
check in, aku menuju Musholla untuk menunaikan shalat Ashar berjama’ah di
Masjid. Alhamdulillah, aku mengimami seorang gadis. Kapan ya aku bisa mengimami
istri-istriku? haha. ^_^
Sambil
menunggu naik ke pesawat, aku gunakan waktu ini untuk menunaikan amanahku dari
donatur DPU Daarut Tauhid Jogja yang telah memberiku Al-Qur’an serta terjemahan
dengan bungkus pinknya yang unyu yakni meng-khatam-kan Al-Qur’an ini dua kali.
Begitu juga aku lakukan di atas pesawat, perjalanan dari Cengkareng ke Padang
yang menghabiskan waktu dua jam kugunakan untuk membaca Al-Qur’an. Aku jadi
teringat salah satu pesan guruku yakni Ustadz Yusuf Mansur dimana menghabiskan
mudik dengan Al-Qur’an.
Jam
8.30 aku mendarat di Bandara Internasional Minangkabau. Aku ditelpon oleh Ibuku
bahwa aku disarankan untuk naik bus Damri. Akhirnya, aku pulang ke rumah
orangtuaku. Langsung saja aku beres-beres dan mengeluarkan daganganku yakni dua
kantong plastik besar yang berisi baju batik untuk dijual di Padang dan dua
kotak parfum Al Reehab dari Timur Tengah. Ibuku membantuku untuk menjual baju
batik ini kepada teman-temannya di kantor. Alhamdulillah. Aku pun memberikan
komisi kepada Ibuku atas bantuannya.hihi.^_^
Selain
agenda tidur di kasur yang empuk (maklum biasanya tidur di karpet Masjid atau
di kasur yang tipis), makanan yang enak dan berlimpah buatan Emakku (di rantau,
makan cuma satu kali sehari. Ini benar-benar nikmat yang tak terhingga dari
Allah kepadaku. Mau makan sedikit atau banyak disyukuri. Insya Allah, nikmat
bertambah dan masih banyak saudara kita yang lebih berkekurangan daripada kita
di belahan Bumi lainnya) dan mengurus pasporku untuk penelitian skripsiku
tentang pariwisata Malaysia (menjadi musafir cinta di Malaysia alias langsung observasi
partisipatif sambil melihat prospek bisnis di Malaysia dan silahturahim dengan
keluargaku di sana.haha.) serta silahturahim dengan teman-teman di Padang
seperti mengadakan buka bersama dengan teman-teman atau mengunjungi rumahnya.
Mengurus
paspor atau mengurus yang berbau administrasi lainnya adalah pekerjaan yang
paling kuhindari karena biasanya lambat dan ribet. Tapi apa daya demi mengejar
mimpiku ke Malaysia, aku harus melakukannya. Ternyata, Kartu Keluargaku (KK)
banyak yang salah dan model yang lama, terpaksa aku dan orangtuaku mengurusnya
di kantor Kecamatan dan Catatan Sipil. Butuh waktu seminggu juga mengurus KK
itu. Alhamdulillah, di kantor Catatan Sipil sangat cepat, 1 hari jadi. Kantor
Catatan Sipil ini adalah mantan kelasku X-5 dan kelas XI atau XII IPS Unggul di
SMA 1 Padang. Kantor ini dulunya adalah bangunan SMA 1 Padang yang rusak karena
gempa beberapa tahun yang lalu. Bangunan SMA 1 Padang sekarang terletak di
Blanti. Aku pun belum pernah ke sana. Ada banyak kenangan terindah di bangunan
kantor Catatan Sipil ini ketika bangunan ini dulu menjadi SMAku seperti setiap
pagi aku mempunyai kebiasaan menyapa temanku di depan kelas dan di masa
jahiliyahku menembak cewek dan memberikan kado boneka yang unyu-unyu kayak aku
di saat dia ulangtahun sekelas eh jadi satu sekolahan pada tau walaupun
akhirnya ditolak. Berarti Allah masih melindungiku.haha.
Setelah
Shalat Jum’at di Masjid Jihad (tempat aku dulu waktu SMP dan SMA sering shalat
Jum’at juga. Ini ibarat nostalgila.), aku pun mendapatkan KK. Setelah KK
kudapat, aku langsung bergerak dengan cepat dengan bus kota yang melaju kencang
menuju Kantor Imigrasi di Jalan Khatib Sulaiman kota Padang. Sayang sekali,
pendaftaranny hanya berlaku sampai jam 12 siang sedangkan pada saat itu waktu
menunjukkan jam 3 sore. Aku terpaksa harus datang kembali setelah cuti bersama
yakni tanggal 12 Juli jam 8 pagi untuk pendaftaran paspor.
Silahturahim
dengan teman-teman adalah momen yang paling aku sukai karena bisa bercanda tawa
setelah tak bertemu sekian lamanya serta berbagi ilmu dan apa yang telah,
sedang dan akan mereka lakukan. Ketika aku gagal mengumpulkan teman-temanku
biasanya aku akan pergi ke rumah mereka satu per satu walaupun ada beberapa
dari mereka yang telah pulang kampung atau sedang di luar.
Dan
salah satu tujuanku ke Padang akhir Ramadhan ini adalah berdakwah kepada
keluargaku. Aku akui keluargaku masih jauh dari pengalaman ke-Islam-annya. Aku
sangat susah sekali mengajak anggota keluargaku untuk shalat berjama’ah di
Masjid dengan seribu alasan mereka mulai dari capek sampai kepada ramai. Aku
berusaha mendekati mereka dengan lemah lembut dan memberikan keteladanan. Mohon
do’a ya Sahabatku agar keluarga-keluarga kita dijauhi dari api neraka dan
sebaik-baik pertemuan kita dengan keluarga yakni di Surga-Nya.AAMIIN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar