Sabtu, 22 Maret 2014

1 Bulan Ramadhan, 3 Provinsi, Tak Terhingga Hikmah (Serial Musafir Cinta)

Di tengah suntuknya mengerjakan skripsi di bulan Ramadhan ini karena bingung mau menulis apa lagi, ya tercetuslah untuk berbagi hikmah yang aku dapatkan di bulan semulia Ramadhan ini. Hanya sekedar bercermin apa yang telah aku lakukan di bulan Ramadhan dan pelajaran yang aku dapatkan bisa bermanfaat bagi semua, tak ada maksud untuk riya ataupun pamer. Biarlah Allah yang menilai niatku ini. Pada penentuan awal bulan Ramadhan, sebenarnya aku pun dibingungkan oleh dua tanggal dimulainya bulan suci ini. Senin tanggal 8 Juli 2013, saat itu aku puasa sunnah Senin seperti biasa yang kulakukan, aku memutuskan untuk ikut sebuah acara Tahfidz di sebuah Panti Asuhan Khoiru Ummah di dekat Jombor, Sleman. Info acara ini pun kudapat dari publikasi di Facebook seorang teman yakni Mas Satria Bhirawa Anoraga.  Sebelum memutuskan untuk ikut, aku sudah menanyakan beberapa hal dengan Mas Bhirawa selaku penanggungjawab acara tersebut via Facebook terkait aku ingin  bergabung di acara tersebut seperti apakah aku dibolehkan ikut program ini dari tanggal 8 Juli sore sampai tanggal 10 pagi dikarenakan tanggal 10 sore aku harus berangkat ke kota Tangerang Selatan untuk menjemput rizki yang insya Allah halalan thayiban.  Beliau pun mengizinkan dan pada tanggal 8 Juli sore pun aku bertemu dengan beliau untuk pertama kali karena selama ini kontak kami hanya via Facebook. Betapa uniknya hidup di zaman sekarang ketika hubungan di dunia maya (semu) yang akrab pun berimbas kepada hubungan di dunia yang nyata. Bahkan terkait dunia maya ini, aku pun punya cerita cinta dimana aku jatuh cinta kepada seorang gadis via Facebook dan mau mengajaknya untuk menikah  serta belum pernah bertemu sama sekali. Mungkin karena belum jodohnya, hubungan menuju pelaminan pun kandas karena permintaanku yang sangat berat sekali. Mau tau permintaanku apa untuk calon istriku? Kalau kata Abang Ridwan Budiman yang alay, MTB atau MTA? Mau Tau Buanget atau Mau Tau Aja? Untuk permintaanku itu akan kubocorkan jika engkau adalah calon istriku aja.haha.^_^
Lalu bagaimana dengan dirimu dan hubunganmu dengan teman di Facebook?Apakah pernah mengalami sepertiku,Sahabat?Silahkan dijawab.
Sekarang aku fokus kepada tanggal 8 Juli lagi. Hihi.Tanggal 8 Juli jam 5 sore, aku bertemu dengan Mas Bhirawa pertama kali di Masjid Al Ashri Pogung Rejo, di dekat Sekretariat HMI Cabang Sleman, tempat aku menumpang tidur selama dua bulan yang lalu. Terimakasih kepada Sahabat HMI Cabang Sleman maupun alumni yang telah mengizinkanku “merecoki” Sekre dan aku pun mendapatkan banyak teman dan cerita di sana. Aku dibonceng Mas Bhirawa menuju Panti Asuhan Khoiru Ummah di dekat Jombor bersama dua teman lainnya. Aku pun sudah membawa persiapan menginap 2 malam 1 hari di sana. Aku telah terbiasa untuk packing secepat mungkin karena maklum aku musafir cinta yang selama satu tahun yang lalu berpindah-pindah tempat tidur serta aktivitas sehari-sehari mulai dari Sekretariat BEM-Senat KM UGM, Mess Gama Global di Tangerang Selatan, Musholla Koperasi “Kopma UGM”, Masjid Kampus UGM sampai terakhir di Sekretariat HMI Cabang Sleman. Bahasa kasarnya itu tunawisma atau tak punya tempat tinggal. Haha. Setiba, di Panti Asuhan Khoiru Ummah, aku mendapat briefing terkait teknis pelaksanaan program Hafalan Qur’an ini.
Tiba-tiba Mas Bhirawa bertanya kepadaku setelah menunaikan shalat Maghrib berjama’ah di Musholla dekat Panti Asuhan tersebut, “San,kamu puasa kapan?”
“Aku belum tau,Mas.Aku mau liat sidang itsbat dulu”, aku menjawab.
Setelah itu, aku pun mengecek di HPku yang punya aplikasi TV, aku sengaja membeli HP ini untuk update info slalu. Hihi.
Di sidang itsbat itu diputuskan pemerintah menetapkan tanggal 10 hari Rabu sebagai awal bulan Ramadhan sedangkan Muhammadiyah memutuskan tanggal 9 hari Selasa sebagai pintu pembuka Ramadhan. Aku merasa lebih yakin terhadap keputusan Muhammadiyah ini. Untuk alasannya, akan sangat panjang kali lebar serta tinggi aku jelaskan di sini. Aku pun mulai shalat Tarawih tanggal 8 malam. Setelah shalat Tarawih, aku pun mendapat tugas menghafal surat langsung dari Ustadz Hasbi serta mengajarkan metode halafan Qur’an yang baru aku kenal yakni dengan pengulangan pembacaan ayat. Misalnya, aku membaca ayat pertama sampai tujuh kali lalu ayat kedua delapan kali kemudian disambung dibaca ayat pertama dan kedua tujuh kali. Begitu seterusnya dengan disesuaikan dengan keterkaitan arti ayat ataupun bunyi yang sama. “Di sini banyak mainnya hati”, kata Ustadz Hasbi. Itu sekilas dari teknik menghafalnya. Setelah aku mencukupkan hafalanku tersebut, perutku jadi lapar maka beraksilah Afdhal Ikhsan mencari makan di malam hari. Aku pergi ke luar. Kebetulan tadi ada angkringan di persimpangan jalan dekat Panti Asuhan tersebut. Nongkronglah aku di sana. Betapa puasnya aku makan di angkringan tersebut, bagaimana tidak, sudah nasi kucingnya porsi buanyak plus jamur lagi. I LIKE IT. Seperti biasa, di angkringan tersebut, aku berusaha bersosialisasi dengan warga sekitar layaknya intel masuk kampung. Haha. Rupanya suami dari Ibu pemilik angkringan tersebut dulunya adalah penarik becak di Kampus UGM. Setelah perut kenyang, saatnya turuuuuuuuuuuu alias tidur.haha.^_^
Selasa 9 Juli 2013 dini hari, aku bangun untuk shalat Tahajjud plus sahur bersama anak-anak Panti Asuhan Khoiru Ummah dengan gorengan tempe yang uenak tenan. Setelah shalat Shubuh berjama’ah di Masjid, aku dan anak-anak Panti Asuhan Khoiru Ummah berlomba-lomba untuk menghafal Al-Qur’an. Ternyata aku kalah dari mereka. Beginilah kalau otakku sudah banyak virusnya. Aku menyesal sangat kenapa aku tidak menggiatkan hafalan Qur’an sejak seumuran mereka skitar 8-12 tahun. Aku dulu sangat terkenal dengan jago hafalan Qur’anku sejak SD dan Madrasah Ibtidaiyah Babussalam di kotaku Padang. Aku selalu memenangi lomba hafalan Qur’an ataupun Hadits ketika disuruh guruku di kelas dan aku selalu menjewer teman-temanku yang tidak hafal atas suruhan guruku Pak Akhirul Siregar.Tapi sekarang hafalanku rontok. Astaghfirullah. Banyak sekali dosa yang telah kulakukan sehingga hafalanku juga berguguran yang kutanam sejak SD. Untuk mengejar ketertinggalanku dari adek-adek Panti Asuhan Khoiru Ummah, aku harus menghafal lebih lagi. MAN JADDA WAJADDA. Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil layaknya pedang yang tumpul pun bisa menebas kayu yang kuat jika terus diasah.
Rabu, 10 Juli 2013 pagi, aku pun siap-siap untuk balik ke Sekretariat HMI Cabang Sleman untuk persiapan pergi ke Tangerang Selatan jam 3 sore. Setibanya, di Sekre aku pun mengemas barang-barang yang akan kubawa lalu aku meng-sms Bu Yuni, koordinatorku di Gama Global, untuk memastikan kepulangan tim ke rumah masing-masing setelah bertugas di Tangerang Selatan. Beliau belum bisa memastikan kapan akan pulang lalu aku menanyakan aku harus beli tiket pesawat untuk pulang ke Padang tapi aku bingung kapannya dan ditentukan harga tiket yang makin lama makin melangit layaknya pesawat. Yaiyalah, Lebaran gitu plus para perusahaan mengambil untung sebanyak mungkin pada saat ini serta orang Minang seluruh dunia pada banyak yang mudik. Aku memberikan 2 alternatif kepada koordinatorku Bu Yuni yang tanggal lahirnya sama denganku tapi beda 9 tahun lamanya (sudah kayak judul lagu aje.haha.Aku sering bercanda terkait umur ini ke beliau. Syukurnya beliau adalah kakak yang paling asyik diajak bercandaan yang pernah aku kenal). Dua alternatif tersebut yakni aku pulang tanggal 25 Juli karena harga tiketnya sekitar 700 ribuan yang pernah aku cek bersama Aditya Nugroho, temanku yang kebetulan mau pulang ke Tangerang juga tapi tanggal 26 Juli dari Jogja atau aku pulang terserah Ibu Yuni mau kapan aja, mau tanggal 7 Agustus (H-1) pun aku siap dengan konsekuensi harga tiket sekitar 1,2-1,5 juta dari Cengkareng menuju Padang kota tercinta kujaga dan kubelai. Ibu Yuni juga mengecek harga tiket pesawat dan beliau mengiyakan apa kataku. Dan yang paling aku senang adalah beliau mengizinkanku membeli tiket pesawat tanggal 25 Juli agar aku bisa segera berkumpul dengan keluargaku. Terimakasih atas pengertiannya, Saudari Kembarku 9 tahun lamanya. Haha.^_^
Tanggal 10 Juli jam 3 sore pun aku dijemput oleh Alpa (bukan Alphard lho ya.Ini hanya bercandaan kami. haha.). Alpa ini adalah mobil yang cukup berumur bahkan mungkin umurnya lebih tua denganku tapi mobil ini tahan banting dalam membawa orang-orang besar seperti diriku dengan bobot yang berlebih serta menghadapi jalanan di Banten yang mohon maaf aku bilang sangat parah rusaknya. Banten adalah provinsi yang paling dekat dengan ibukota tapi jalannya buat aku geleng-geleng dalam arti sebenarnya karena jalanannya seperti wahana bermain “Ombak Banyu” yang sering kami sebut agar dibawa nyante kayak di pante. haha.^_^
Aku ditelpon Bu Yuni berkali-kali untuk menjelaskan dimana Sekretariat HMI Cabang Sleman Pogung Rejo. Saat itu hujan juga menyertai kepergian ke Tangerang Selatan. Di dalam Alpa, ku berkenalan dengan 4 teman baru yakni Ade, sang supir kita yang gaul dengan penampilannya serta sudah menikah dan mempunyai balita yang lucu. Lalu ada Fajar Panji Anggara, mahasiswa jurusan Perikanan 2011 yang cerewat abiz tenan karena sepanjang perjalanan beliaulah yang paling bersuara. Peace,Bro! Beliau kami jemput di Purworejo. Kemudian temanku ini malah kebalikan dengan Fajar yakni Mas siapa ya namanya, koq aku tiba-tiba lupa. Karena beliau sangat pendiam sekali. Dan yang terakhir yakni Ria Wirono alias Ria Widyaningrum, mahasiswi jurusan Sosial Ekonomi Pertanian dan Ibu Ketua Departemen Kewirausahaan Klinik Agromina Bahari alias KAB yang selalu sibuk dengan Hpnya untuk koordinasi dengan temannya. Dua teman lagi yang semobil denganku yang sudah aku kenal yakni Bu Yuni sebagai co-pilot yang setia menemani Ade untuk melintasi jalur selatan menuju Tangerang Selatan walaupun sebenarnya dia belum pernah melewati jalur ini. Biasanya kami melewati jalur Pantura akan tetapi pada saat itu lagi perbaikan jalan dan akan macet. Satu lagi yakni Diah Fitria, mahasiswi Sosial Ekonomi Pertanian yang sebelumnya telah lulus D3 Sastra Inggris. Aku mengenal beliau ketika beliau menjadi part timer di Koperasi “Kopma UGM”.
Di jalur selatan ini aku melewati daerah Ciamis nan Manis serta Tasikmalaya. Di kota ini, aku mempunyai banyak kenalan. Sayang sekali, kami melintasi daerah ini ketika menuju tengah malam. Jadi, aku tak bisa meliat dengan jelas keindahan kota ini. Kami juga melewati tol Padalarang yang terkenal dengan kasus kecelakaan artis Syaiful Jamil yang menewaskan istri tercintanya. Bu Yuni bilang tol ini cukup berbahaya karena anginnya yang bikin ngantuk yang membuat para supir tertidur. Alhamdulillah, kami berhasil melewatinya tapi aku cukup deg-degan dibuatnya. Kami memutuskan untuk sahur di tempat peristirahatan yang disediakan di jalan tol. Aku sudah memperkirakan bahwa harga makanan di sana akan selangit. Bayangkan saja Pop Mie seharga 9 ribu rupiah sedangkan untuk nasi berkisar 20 ribu rupiah. Bu Yuni dan beberapa temanku membelinya akan tetapi aku cukup sahur dengan air mineral 1,5 liter, pemberian Bu Yuni.
Alhamdulillah, jam 9an kami tiba di Mess Gama Global tercinta. Aku pun langsung tepar dibuatnya.  Sorenya, kami sudah diberikan pengarahan terkait SOP dan job desknya serta langsung tampil untuk presentasi. Pada saat presentasi, aku memang berperan sebagai anak “nakal” yang sering heboh dan mengganggu temanku yang sedang presentasi agar mereka kebal menghadapi anak sepertiku di sekolah. Presentasi berlangsung serius tapi cukup santai dengan canda tawa terselip. Yang menarik presentasi ini dikemas seperti X Factor. Ria berperan sebagai Fatin yang didampingi Diah Fitria sebagai Rossa. Fajar sebagai Mikha yang didampingi Bu Yuni sebagai Anggun. Dan terakhir Mas Muchtar sebagai Newdie (aku juga ga tau apa benar namanya itu karena aku juga jarang nonton yang kayak begituan. haha.) bersama Mas JeJe (Jeffri Jenggotan) menjadi Ahmad Dhani karena jenggotnya.
Penampilan dari Ria “Fatin” yang lucu tapi terkesan galak dengan intonasinya. Fajar yang berusaha tampil wibawa dengan menggundulkan kepalanya seperti  diriku akan tetapi masih keliatan mudanya karena terlalu berlebihan dalam presentasi bahkan sering dipanggil Kakak di sekolah. Mas Muchtar yang sudah berwibawa karena latar belakang keguruannya tapi kekakuan badannya khususnya tangannya yang sering membuat kita terpingkal-pingkal ketawa. Sayang sekali, pengumuman penampilan terbaik ini tidak aku saksikan karena aku tepar. Latihan presentasi ini memakan waktu dari Kamis tanggal 11 sore sampai Minggu tanggal 14 sore.
Pada tanggal 15 hari Senin pagi, sesuai dengan instruksi Bu Yuni untuk bangun jam 2.30 dan berangkat jam 4 pagi menuju sekolah yang akan kita kunjungi. Kalau saat bertugas di Gama Global edisi Oktober dan Januari yang lalu, aku sering mandi di Masjid karena kalau aku mandi di Mess hanya dibatasi waktu 5 menit sedangkan aku biasanya buang air besar plus mandi memakan waktu setengah jam. Akan tetapi pada edisi bulan Juli ini, aku hanya pada saat pertama kali saja mandi di Masjid karena aku mandi di kamar mandi yang ditutupi hanya sehelai kain kuning. Yang dimana nanti aku membuat kesalahan yang tidak sengaja. Mungkin karena di rumah aku suka main dengan tirai. hihi. Dan kamu akan tau apa kesalahanku. hoho. Aku mohon maaf dengan sangat sekali.^_^
Bu Yuni selalu memberikan tugas kepadaku agar memberikan cerita kepada teman-teman SMA kelas 3. Aku memanfaatkan momen ini dengan menggali apa cita-cita mereka melalui karangan Bahasa Inggris serta agar silahturahim kami terus terjalin aku biasanya meminta mereka menyelipkan nama Facebook dan twitter mereka agar aku bisa terus saling berbagi ilmu dan info. Aku menambahkan  mereka menjadi temanku di Facebook dan mention di Twitter mereka ketika di Mess. Aku ingin hubungan kami tidak hanya 2 jam saja akan tetapi bisa berlangsung terus dan abadi. Kayak opo wae. haha.
Pada edisi bulan Juli ini, aku berpetualang ke SMA dan MAN di Kabupaten Tangerang serta di Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi. Insya Allah, jika Allah mengizinkan bulan September dan Oktober, akau akan kembali berpetualang SMA se Banten dan Bodetabek. Di perjalanan ini aku melihat bagaimana kondisi pembangunan di Banten. Yang paling berkesan dari situ adalah jalannya yang rusak, buanyak pabrik dan kesenjangan yang besar antara desa dengan kota. Aku kadang berpikir apakah pemimpin di Banten ini pernah melewati jalan ini seperti yang aku lalui dan berinteraksi dengan masyarakat akar rumput. Ataukah mereka sudah nyaman di tampuk kekuasaan atau mereka mendiamkan semua ini? Kemana aku harus mencari pemimpin seperti Nabi Muhammad, Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Azis dan pemimpin yang sederhana serta adil seperti itu?
Di setiap penggembaraanku sebagai musafir cinta, aku tak akan jauh dengan Masjid sebagai pusat kehidupan dan pusat peradaban bagiku. Di Masjid Darussalam Perumahan Amarapura kota Tangerang Selatan, aku bisa berinteraksi sosial dengan orang-orang hebat seperti Pak Natsir yang jago tafsir, jama’ah yang hafizh Qur’an dan berbagai macam orang lainnya. Tak ketinggalan aku pedekate dengan anak-anak kompleks baik itu para anak laki-laki dengan cara berbuka bersama dengan mereka dan anak perempuan dengan cukup tersenyum kepada mereka. Yang paling lucu adalah aku sering dipanggil Om. Betapa tuanya diriku. haha.^_^
Aku paling suka mengamati ketika berangkat shalat Tarawih, ada kepala keluarga yang memboyong semua anggota keluarganya pergi ke Masjid. Di dalam hatiku, aku ingin suatu saat aku juga memboyong orangtuaku dan adikku pergi ke Masjid setiap waktu shalat dan juga ketika aku menjadi kepala keluarga. AAMIIN. Ada kemesraan dan insya Allah ada pertemuan abadi di surga nanti. AAMIIN.^_^
Ketika aku piket memasak nasi di rice cooker, nasi yang kubuat selalu berlebihan dan kekurangan air. Kalau berlebihan maka jadi buburlah dia. Kalau kekurangan maka jadi keringlah nasinya. Maklum, di keluargaku, aku tidak terbiasa mengurusi hal tersebut karena Emakku dan adik perempuanku yang sering mengurusi lahan itu. Aku tinggal beres aja. Tapi aku bertekad untuk belajar. Kalau untuk lauk dan sayuran, biasanya kami beli di luar karena rempong kalau harus memasak. Kalau aku dapat jatah piket untuk beli maka langgananku adalah Warteg Bahari yang ada lauk tongkolnya. Tongkol ini sangat murah Cuma dua ribu rupiah dan bergizi. Maka sahur dan buka puasa kami dihiasi oleh tongkol ini. haha.^_^
Pada hari Minggu, biasanya kami off tapi kami paginya harus kerja bakti. Bagianku adalah mengepel. Setelah kerja bakti, kami pun berencana pergi ke Pasar Senen untuk shopping. Kalau diriku niatnya Cuma survey harga di sana dan melihat barang-barangnya. Namanya juga diriku pengusaha maka itu yang aku liat. Kami berangkat dari Stasiun Serpong menuju Tanah Abang naik KRL dengan tiket cuma 2.500.  Wow, luar biasa padat keretanya. Alhamdulillah, aku sudah terbiasa dengan kepadatan karena selama 6 tahun sejak sekolah di SMP 1 dan SMA 1 Padang aku langganan bus kota nan super padat bahkan sampai bergelantungan layaknya monyet. Fajar yang lucunya masih sempat mau tidur ketika berdiri di KRL. Benar-benar Mister Turu II beliau. Mister Turu 1 adalah Mas JeJe karena beliau gampang tidur dan kalau dibangunin susah abiz kalau bukan waktunya bangun. Aku, Fajar, Ria dan Fitri berpisah dengan Bu Yuni yang memilih berhenti di Tanah Abang. Sedangkan kami menuju Pasar Senen dengan naik bajaj berempat dengan biaya 25 ribu rupiah. Aku memangku Fajar dan tidak lupa kami mengabadikan momen lucu ini dengan berfoto. Haha.
Sesampainya di Pasar Senen jam 10an, pada awalnya kami berencana menunggu Mbak Nana yang mau ikut eh tapi dikhawatirkan akan lama karena masih OTW (Oke Tunggu Wae, beliau bersama Mbak Yuni masih di Stasiun Tangerang. Gile aja.), kami pun memutuskan untuk berburu berempat. Yang paling heboh belanja itu adalah Fitri. Aku hanya memberikan pendapatku aja dan Ria serta Fitri terkena omonganku karena aku bilang semua barang itu bagus. “Ini bagus lho, Ria. Ini udah cocok denganmu,Fit.” Maklum rayuan penjualku juga keluar.haha. Yang ga habis pikir adalah Fajar kembali tertidur di tengah kesibukan duo cewek ini berbelanja baju. Dan bayangkan, Mbak Nana baru tiba di Pasar Senen jam 13.30 sedangkan kami sudah selesai berbelanja. Ditambah lagi kami juga pusing mencari beliau karena Pasar Senen itu sangat luas sekali. Akhirnya, kami hanya bertemu sebentar dengan Mbak Nana dan Mbak Yuni. Karena kami sudah janji kepada Bu Yuni untuk pulang sekitar jam 2. Akhirnya, aku pulang dengan membawa 3 kantong belanjaan Fitri dan kami naik bajaj berempat lagi. Kali ini bajaj yang sangat ngebut sekali. haha.
Aku sangat mencintai pekerjaanku di Gama Global ini karena di tim ini aku selalu mendapati keluarga baru yang saling mengerti dengan tiap karakternya. Seperti Bu Yuni yang sangat paham kalau seorang Afdhal Ikhsan stress biasanya untuk menurunkannya dengan bercanda walaupun kondisi saat itu genting sekali. Selain itu, aku mendapat sahabat baru di SMA se Banten dan Bodetabek yang alay dan unyu-unyu. Aku merasa kembali muda eh emang sekarang aku sudah tua. haha. Di Gama Global, aku bisa menyalurkan hobiku jalan-jalan gratis se Banten dan Bodetabek sambil menyelami hikmah di setiap perjalananku.
Hari Kamis 25 Juli 2013, hari terakhirku bertugas di SMA 6 Kabupaten Tangerang yang sangat dekat dengan Mess Gama Global di banding SMA dan MAN yang pernah kita kunjungi edisi bulan Juli ini. Jam 10an kami sudah tiba di Mess dan diriku bersiap untuk packing. Setelah shalat Dzuhur berjama’ah di Masjid Darussalam untuk terakhir kali, aku pun tidur siang dulu agar kuat menghadapi perjalanan menuju Padang. Jam 2 siang aku pun dibangunin Bu Yuni untuk segera mandi dan berangkat ke Bandara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng. Aku diantar oleh Mas Jeffri dengan motor selama 1 jam lebih mengarungi jalan raya kota Tangerang Selatan dan kota Tangerang nan padat merayap.
Setiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta, aku langsung check in dan hampir saja tasku ketinggalan di tempat pemeriksaan barang karena kelupaan. Alhamdulillah, aku diingatkan oleh petugas Lion Air yang meminta KTPku untuk check in. Aku langsung segera berlari ke tempat pemeriksaan barang dan petugas di sana menanyakan kepadaku apa isi tasku. Aku pun dengan siganya menjawab laptop Asusku yang tercinta yang setia menemaniku selama 1,5 tahun lebih (pada saat aku menulis cerita ini, laptopku basah karena kehujanan serta sempat eror. Semoga laptopku ini baik-baik saja dan kembali menemaniku. Dia ibarat istri pertamaku.haha.)
Setelah check in, aku menuju Musholla untuk menunaikan shalat Ashar berjama’ah di Masjid. Alhamdulillah, aku mengimami seorang gadis. Kapan ya aku bisa mengimami istri-istriku? haha. ^_^
Sambil menunggu naik ke pesawat, aku gunakan waktu ini untuk menunaikan amanahku dari donatur DPU Daarut Tauhid Jogja yang telah memberiku Al-Qur’an serta terjemahan dengan bungkus pinknya yang unyu yakni meng-khatam-kan Al-Qur’an ini dua kali. Begitu juga aku lakukan di atas pesawat, perjalanan dari Cengkareng ke Padang yang menghabiskan waktu dua jam kugunakan untuk membaca Al-Qur’an. Aku jadi teringat salah satu pesan guruku yakni Ustadz Yusuf Mansur dimana menghabiskan mudik dengan Al-Qur’an.
Jam 8.30 aku mendarat di Bandara Internasional Minangkabau. Aku ditelpon oleh Ibuku bahwa aku disarankan untuk naik bus Damri. Akhirnya, aku pulang ke rumah orangtuaku. Langsung saja aku beres-beres dan mengeluarkan daganganku yakni dua kantong plastik besar yang berisi baju batik untuk dijual di Padang dan dua kotak parfum Al Reehab dari Timur Tengah. Ibuku membantuku untuk menjual baju batik ini kepada teman-temannya di kantor. Alhamdulillah. Aku pun memberikan komisi kepada Ibuku atas bantuannya.hihi.^_^
Selain agenda tidur di kasur yang empuk (maklum biasanya tidur di karpet Masjid atau di kasur yang tipis), makanan yang enak dan berlimpah buatan Emakku (di rantau, makan cuma satu kali sehari. Ini benar-benar nikmat yang tak terhingga dari Allah kepadaku. Mau makan sedikit atau banyak disyukuri. Insya Allah, nikmat bertambah dan masih banyak saudara kita yang lebih berkekurangan daripada kita di belahan Bumi lainnya) dan mengurus pasporku untuk penelitian skripsiku tentang pariwisata Malaysia (menjadi musafir cinta di Malaysia alias langsung observasi partisipatif sambil melihat prospek bisnis di Malaysia dan silahturahim dengan keluargaku di sana.haha.) serta silahturahim dengan teman-teman di Padang seperti mengadakan buka bersama dengan teman-teman atau mengunjungi rumahnya.
Mengurus paspor atau mengurus yang berbau administrasi lainnya adalah pekerjaan yang paling kuhindari karena biasanya lambat dan ribet. Tapi apa daya demi mengejar mimpiku ke Malaysia, aku harus melakukannya. Ternyata, Kartu Keluargaku (KK) banyak yang salah dan model yang lama, terpaksa aku dan orangtuaku mengurusnya di kantor Kecamatan dan Catatan Sipil. Butuh waktu seminggu juga mengurus KK itu. Alhamdulillah, di kantor Catatan Sipil sangat cepat, 1 hari jadi. Kantor Catatan Sipil ini adalah mantan kelasku X-5 dan kelas XI atau XII IPS Unggul di SMA 1 Padang. Kantor ini dulunya adalah bangunan SMA 1 Padang yang rusak karena gempa beberapa tahun yang lalu. Bangunan SMA 1 Padang sekarang terletak di Blanti. Aku pun belum pernah ke sana. Ada banyak kenangan terindah di bangunan kantor Catatan Sipil ini ketika bangunan ini dulu menjadi SMAku seperti setiap pagi aku mempunyai kebiasaan menyapa temanku di depan kelas dan di masa jahiliyahku menembak cewek dan memberikan kado boneka yang unyu-unyu kayak aku di saat dia ulangtahun sekelas eh jadi satu sekolahan pada tau walaupun akhirnya ditolak. Berarti Allah masih melindungiku.haha.
Setelah Shalat Jum’at di Masjid Jihad (tempat aku dulu waktu SMP dan SMA sering shalat Jum’at juga. Ini ibarat nostalgila.), aku pun mendapatkan KK. Setelah KK kudapat, aku langsung bergerak dengan cepat dengan bus kota yang melaju kencang menuju Kantor Imigrasi di Jalan Khatib Sulaiman kota Padang. Sayang sekali, pendaftaranny hanya berlaku sampai jam 12 siang sedangkan pada saat itu waktu menunjukkan jam 3 sore. Aku terpaksa harus datang kembali setelah cuti bersama yakni tanggal 12 Juli jam 8 pagi untuk pendaftaran paspor.
Silahturahim dengan teman-teman adalah momen yang paling aku sukai karena bisa bercanda tawa setelah tak bertemu sekian lamanya serta berbagi ilmu dan apa yang telah, sedang dan akan mereka lakukan. Ketika aku gagal mengumpulkan teman-temanku biasanya aku akan pergi ke rumah mereka satu per satu walaupun ada beberapa dari mereka yang telah pulang kampung atau sedang di luar.

Dan salah satu tujuanku ke Padang akhir Ramadhan ini adalah berdakwah kepada keluargaku. Aku akui keluargaku masih jauh dari pengalaman ke-Islam-annya. Aku sangat susah sekali mengajak anggota keluargaku untuk shalat berjama’ah di Masjid dengan seribu alasan mereka mulai dari capek sampai kepada ramai. Aku berusaha mendekati mereka dengan lemah lembut dan memberikan keteladanan. Mohon do’a ya Sahabatku agar keluarga-keluarga kita dijauhi dari api neraka dan sebaik-baik pertemuan kita dengan keluarga yakni di Surga-Nya.AAMIIN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar