Selasa, 25 Maret 2014

Hari ke 5, 6, dan 7 : 3 Hari Menjadi Mahasiswa PerPu Universitas Islam Antar Bangsa (UIA) (Serial Musafir Cinta)

mahasiswa PerPu (Perpustakaan-Pulang) adalah bukan Ikhsan buanget. Tapi memang harus dilakukan jika skripsi dan lulus kuliah yang ingin kupersembahkan untuk orangtua tercinta. Namun, sebagai ikhtiarku untuk menjemput ilmu di negeri rantau. Kuniatkan LILLAHI TA’ALA. Bayangkan saja 5 tahun kuliah di UGM, aku hanya beberapa kali ke Perpustakaan dan sampai sekarang tidak mempunyai kartu anggota Perpustakaan UGM. Selama ini, aku belajar dengan mendengarkan orang lain baik ceramah dosen dan diskusi dengan teman serta menonton TV di HPku. Nah, sekarang aku barulah mengalami kesulitan ketika menulis skripsi yang membutuhkan referensi yang bejibun. Membiasakan diri. Di awal sulit tapi Alhamdulillah sudah mulai terbiasa dan menikmati.
Sekitar jam 10 pagi dari rumah Tante Tini, aku berangkat naik Metro Bus menuju UIA. Di Metro Bus, kernetnya seorang Ibu berumuran kira-kira 50-60 tahunan berkata bahwa bajuku lucu. Baju batik pemberian Ayahku karena tidak muat olehnya. Maklum Ayahku berbadan kecil. Aku menjawab ini baju batik. Beliau pun membalas bahwa dia juga tahu karena dia berasal dari Magelang, Indonesia. Dan menanyakan asalku dari mana. “Padang”, jawabku. Batikku ini memang sering dikomentari berbeda dengan batik yang lain.
Tiba di gerbang UIA, ada satpam kampus yang masuk ke bus dan menanyakan aku hendak kemana. Aku menjawab aku dari Indonesia mau berkunjung ke Perpustakaan UIA. Beliau memintaku ke markasnya untuk diproses perizinannya. Di markasnya, aku diminta paspor dan aku diberi kartu tanda pengenal pengunjung. Aku juga ditunjuki Perpustakaan UIA dengan ramah. Benar-benar pelayanan yang menyenangkan oleh satpam UIA ini. Hampir sama dengan satpam UGM. Hihi.^_^
Di UIA ini, banyak petugas kebersihannya adalah Ibu-Ibu berumuran 50-60 tahun sedangkan di Indonesia malah kebalikannya didominasi oleh anak muda yang baru beranjak dewasa. Dan lagi-lagi berwajah Melayu atau Indonesia. Kemanakah anak muda Malaysia dan warga Malaysia dari etnis Cina dan India? Kembali lagi, silahkan ditafsirkan isu ini. Hihi.^_^
Setiba di Dar-El Hikmah Perpustakaan UIA, aku disuguhi wawasan mengenai Al-Qur’an mulai dari Al-Qur’an beserta terjemahan dari berbagai bahasa sampai Al-Qur’an terkecil, hibah dari seseorang. Kecil buanget. Lalu ada tokoh-tokoh Muslim Malaysia dan ternyata semakin merekatkan persatuan Indonesia dan Malaysia yakni ada ulama Indonesia dari Banten dan daerah lain yang hijrah ke Malaysia untuk berdakwah. Yang menariknya, ada tokoh ulama dan raja yang mempunyai Ibu dari Indonesia sedangkan Ayahnya Malaysia. Maka tak usah ribut lagi. Mending kita kawin aja. Haha. ^_^
Aku mencari di komputer katalog buku dengan kata kunci tourism Malaysia. Nah, ada banyak yang merujuk tentang itu. Di lantai 1 aku tidak temukan lalu saatnya mencari di lantai 2 akhirnya ketemu dan buanyak buanget. Di Indonesia, aku bingung karena sedikit referensi tapi di sini aku menemukannya. Aku pun mencari buku yang lebih membahas isu atau masalah yang ada di pariwisata Malaysia sesuai dengan usulan dosenku. Yeay, ketemu. Aku membawa buku tersebut ke meja yang lumayan jauh karena buku tersebut berada di zona baca perempuan. Perpustakaannya keren sekali karena ada zona perempuan dan lelaki. Dan perpustakaan bukan tempat pacaran. Ada larangannya yang tegas sekali. Haha.^_^
Sholat Dzuhur dan Ashar berjama’ah di Masjid UIA yang luas dan bisa bertemu dengan Muslim se-dunia. Ada dari Amerika, Afrika, Cina, India, dan tentunya Indonesia. Ada yang menghabiskan waktunya dengan sangat berharga sekali yakni membaca Al-Qur’an, berdiskusi tentang kuliah dan tidur. Tak kutemui larangan tidur. Aku pun sempat tertidur karena kecapekan. Kadang aku malu dengan gaya ngajiku dengan teman-teman di sana yang ngajinya indah. Perlahanlah aku membenahi ngajiku ini.  Di Malaysia, dzikir setelah sholat dan do’a seperti dipandu layaknya sholat Jum’at.
Di hari kelima, karena ketiduran di Masjid sampai jam 7 malam waktu Malaysia, aku langsung berlari pulang ke rumah Tante Tini. Aku khawatir beliau khawatir. Haha. Betul, beliau khawatir dan menelponku ketika aku menunggu bus yang tak kunjung datang dan bahkan ada bus yang menolak aku naik karena mereka juga mau pulang. Terpaksalah aku jalan kaki dari UIA sampai rumah Tante Tini. Mendaki gunung melewati lembah.  Kejadian ini terulang lagi ketika aku dulu ikut Kuliah Pra Nikah di Jalan Kaliurang km 8 dimana waktu itu jam 5 sudah tidak ada bus lagi yang mau turun ke UGM. Aku berjalan kaki dari sana sampai di Gelanggang UGM.
Tante Tini berulang kali menelpon diriku dan menawarkan jemputan. Aku bilang tak usah. Setiba di rumah Tante Tini, Tante Tini sedang menungguku dengan setia di ruang tamu seperti Ibuku yang sedang menungguku. Terimakasih atas perhatiannya, Tante Tini. Selama aku di Kuala Lumpur seperti Ayahku yang sabar dan perhatian dan Emakku yang cerewet.hihi.

 Ternyata selama 3 hari mengoleksi data-data di Perpustakaan UIA belumlah cukup. Tapi apa daya, Jogja telah menungguku agar bisa memanfaatkan diriku. Semoga saja data yang kuperoleh ini bisa membantu dalam revisi skripsiku ini dan segera lulus. Mohon do’anya ya,Kawan.AAMIIN. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar