Kali
ini aku agak siang berangkatnya sekitar pukul 10 pagi waktu Malaysia setelah
shalat Dhuha di Surau dan tidur Dhuha sejenak.hihi. Maklum tadi malam aku
terkena demam. Aku teringat zamanku kecil sering banget demam bahkan kata Om
Bas seharusnya daya imunku sudah kuat. Alhamdulillah, aku jarang demam selama
kuliah ini. Mungkin demamnya kasihan kepadaku yang sebatang kara di perantauan.
Dulu, ketika aku demam aku tak mau dimatikan lampunya karena jika dimatikan
demamku tambah panas dan juga segera dikompres menggunakan air biasa serta
banyak minum air. Nah, pas malam itu, aku bingung mau ngompres pake apa,
terpaksalah pake kolorku yang masih bersih. Ga mungkin juga aku bangunin
keluarga Tante Tini untuk merengek minta kompres. Udah kayak Mr. Bean buanget diriku.
Alhamdulillah, paginya demamku mereda.
Ingin
merasakan kalau naik Metro Bus di siang hari. Bedanya, lebih lama nunggu datang
busnya plus jalanannya lebih sepi. Aku turun di Leboh Pasar Besar. Areal ini
layaknya Malioboro yang bersih abiz dan PKLnya tertata rapi. PKL ini diwadahi
tempat yang atapnya seperti layangan khas Malaysia. Aduh aku lupa namanya.
Apakah PKL ini bekas relokasi kayak kejadian di Tanah Abang atau di UGM
ya?haha. Aku belum sempat menanyakan ke sana.
Lalu
aku ke Dataran Merdeka. Di sini aku melihat pelajar-pelajar Malaysia sedang
gladi kotor untuk persiapan peringatan Kemerdekaan Malaysia besok Sabtu tanggal
31 Agustus 2013. Mereka berbaju dan perlengkapan warna warni seperti payung,
sapu tangan, pom-pom dan lain-lain. Warna warni ini mungkin melambangkan
keanekaragaman yang ada di Malaysia. Makanya jargon pariwisatanya yang terkenal
sebagai Malaysia Truly Asia. Mereka diajari beberapa gerakan oleh beberapa
instruktur seperti jika dirimu sering nonton PSS Sleman, ada atraksi yang cantik
yang dimainkan oleh suporternya atau yang pernah dilakukan juga ketika
Peringatan 100 Tahun Kebangkitan Indonesia Tahun 2008 yang lalu di Gelora Bung
Karno atau saat opening ceremony Olimpiade dan olahraga lainnya.
Aku
juga kasihan dengan pelajar-pelajar Malaysia yang dijemur di tengah terik
matahari. Untungnya di baju mereka ada tutup kepalanya seperti jas hujan. Aku
mengira itu memang didesain untuk anti panas dan sekaligus mendukung atraksi.
Wisatawan yang mayoritas dari negeri Cina pun merekam kejadian itu. Pelajar
Malaysia jadi objek wisata. Luar biasa juga pendanaan acara ini. Bayangkan saja
biaya pakaian, perlengkapan, konsumsi ratusan peserta untuk pra hari H plus
hari H. Andaikan biaya perayaan seperti itu digunakan untuk warga Malaysia yang
masih banyak kurang mampu. Aku jamin atraksi besok tanggal 31 Agustus 2013
pasti akan memukau publik Malaysia dan juga wisatawan yang sedang berkunjung ke
Malaysia tapi apakah dengan itu rakyat Malaysia yang kurang mampu sejahtera?Ini
juga berlaku untuk Indonesia dan negara lain agar berempati dengan yang sedang
kekurangan. Itulah bentuk syukur dari nikmat kemerdekaan yang masih
dipertanyakan di antara tangan asing yang masih mencengkeram baik Malaysia dan
Indonesia.
Setelah
puas sekilas atraksi pelajar-pelajar Malaysia, aku menuju Perpustakaan KL yang
tak jauh dari sana untuk mencari referensi terkait pariwisata Malaysia. Sayang
sekali, sulit aku temui di sana. Tapi aku menemukan sebuah buku The Uncovenient
Truth karya Al-Gore yang menceritakan perubahan Bumi dari tahun ke tahun yang
malah semakin rusak akibat ulah tangan manusia itu. Pantas saja Allah
mengingatkan kita di Al-Qur’an. Dari buku itu aku sadar aku tidak hanya seorang
manusia Indonesia tetapi juga manusia yang dititipkan Bumi oleh Allah.
Indonesia hanya segelintir dari Bumi. Oleh karena itu, seluruh umat manusia
harus berperan menjaga Bumi ini yang terus-terusan dirakusi oleh manusia yang
berpikiran jangka pendek dan untung tapi buntung di masa depan. Aku juga
menyadari bahwa diriku juga berkontribusi akan kerusakan Bumi ini misalnya
menggunakan listrik yang berbahan bakar fosil dll. Tapi aku juga harus
berkontribusi lebih banyak untuk penyelamatan Bumi seperti mengingatkan
keluarga dan temanku untuk berkontribusi dalam penyelamatan Bumi ini salah satunya
dan banyak cara lain yakni berjalan kaki dll.
Perpustakaan
KL ini mempunyai Lincoln Corner dan ada sudut mewah di lantai atas yang berisi
sofa dan kumpulan buku serta video tentang film. Dan yang paling tidak enak di
Perpustakaan KL ini yang bukan anggota harus membayar untuk ngenet dan yang
anggota gratis tapi Cuma 1 jam. Kalau di Perpustakaan Jogja, aku bisa ngenet di
PCnya 1 jam istirahat bentar sambil baca buku eh lanjut ngenet lagi.
Di
jalan Masjid India ini akan kita temukan berbagai produk khas India dan
tentunya orang India seperti diriku. Sejak kecil aku sering dibilang kayak
orang India karena ada bekas cacar di antara dua alis mataku plus mataku yang
besar. Ini akibat Ibuku sejak hamil ngidam nonton film India apalagi kalau
bintangnya Amitabh Bachan. Ternyata di sini ada PKL juga malah jual gorengan
juga tapi gorengan khas India. Bau di jalan ini pun khas buanget plus lagu
Indianya. Pokoke keren jalan di sini seperti ada ikatan emosi diriku dengan
India. Semoga suatu saat aku bisa ke India. AAMIIN. Oh ya, aku kan bisa ikut
dengan teman-teman Jama’ah Tabligh ke India. Aku dulu waktu SD hobi buanget
mandi di laut pernah bertanya kepada Ayahku, kalau aku hanyut nanti aku
terdampar dimana. Ayahku menjawab India. WOW. ^_^
Aku
shalat Dzuhur dan Ashar berjama’ah di Masjid Jamek yang dekat dengan Sungai
Gombak dan Sungai Klang. Masjid ini merupakan salah satu objek wisata. Yang
lucunya, ini menjadi tontonan bule-bule. Di Indonesia masjid kayak ini mah
berserakan. Tapi aku akui arsitekturnya bagus buanget dan tampak baru dibangun
walaupun sudah lama berdiri. Ini kuacungi jempol untuk perawatan Masjid Jamek
yang terletak dekat dengan RapidKL. Di depan pintunya ada fatwa semacam Majelis
Ulama Malaysia tentang Syiah plus etika di masjid yang panjang buanget serta
tulisan dilarang tidur. Ini yang paling sulit aku hindari yakni tidur karena
kecapekan berpusing-pusing. Aku tidak tidur telentang tapi bersandar di salah
satu pojok. Alhamdulillah, tidak kena tegur. Ada seorang Bapak yang tidur
telentang langsung dilirik galak oleh pengurus Masjid yang sedang mengulang
ngajinya.
Tahukah
dirimu bahwa salah satu Imam Masjid Jamek ini adalah seorang yang buta? Beliau
penuh senyum. Aku tepat shalat di belakangnya. Pada saat beliau jadi makmum,
beliau benar-benar menggunakan hatinya dan kekuatan rabaan di kulitnya sehingga
kakiku di sampingnya tidak diinjak oleh kakinya yang besar. Beliau mempunyai
badan yang besar. Sebelum qamat dikumandangkan, beliau dituntun oleh temannya.
Aku jadi ingat yang disampaikan oleh Ustadz Nur yang membimbingku kuliah pra
nikah dimana dia menjodohkan seorang yang buta dengan gadis yang rupawan. Gadis
tersebut berkata aku menerima lamaran lelaki buta tersebut karena agamanya.
Lelaki buta tersebut hafizh Qur’an. Aku merasa ditonjok. Pantas aku ga
laku-laku. Aku tak habis pikir dengannya dan orang yang mempunyai keterbatasan
seperti lumpuh atau tuna rungu dalam menghadapi kehidupannya. Mereka orang yang
tangguh di tengah keterbatasan. Aku sering menutup mataku saat sholat agar aku
bisa berkonsentrasi. Mata ini telah banyak melihat yang diharamkan oleh Allah
sehingga sulit berkonsentrasi. Astaghfirullah. Aku mohon ampun ya Allah.
Pasar
Gombak adalah tempat berjualan Tante Tini. Beliau menjual jilbab, baju muslim,
sajadah dan kebutuhan haji lainnya. Di Pasar Gombak ini aku bertemu lagi dengan
Mbak Emi yang berasal dari Bangkalan, Jawa Timur. Mbak Emi merupakan karyawan
yang dipekerjakan oleh Tante Tini sejak 6 tahun yang lalu. Beliau sudah bekerja
di Malaysia selama 9 tahun lebih.
Pertama kali kulihat Mbak Emi nan keibuan ketika memberiku minum yang baru
datang ke rumah Tante Tini. Sregggggggggg. You know what I meanlah. Aku paling
mudah luluh dengan perempuan keibuan. Tapi sayang sekali ketika dia bilang
sudah menikah dan punya anak 1 berumur 7 tahun. Patah hati dech. Aku langsung
berkeliling untuk mengobati patah hatiku. Wuah,pasar Gombak ibarat mal tapi
sederhana dan tidak terlalu ramai. Andaikan pasar tradisional di Indonesia
seperti ini. Bayangkan saja biaya sewa per harinya saja 2 ringgit lebih murah
daripada orang yang nyewa di Foodcourt UGM. Haha.Kata Mbak Emi lagi ini karena
Kerajaan memfasilitasi orang pribumi atau yang sering disebut Bumiputera.
Pemerintah Malaysia yang masih care dengan orang pribumi. Di Indonesia,
pemerintah hanya omongnya yang mendukung orang Indonesia tapi tindakannya
mendukung asing. Semoga pemimpin kami diberi hidayah oleh-Nya. AAMIIN.
Aku
pun pulang bersama Tante Tini jam 5 sore waktu Malaysia dengan menaiki mobil
Bang Ben yang keren. Aku diajak berkeliling sekejap ke Universitas Islam Antar
Bangsa (UIA). Kampusnya beda tipis dengan UI Depok dalam hal tempat dan
bangunannya. Akan tetapi lebih
Islami.Yaiyalah. Setelah pusing-pusing, aku berziarah ke kuburan suami Tante
Tini yakni Om Othman, tak jauh dari UIA. Aku membacakan do’a untuk beliau.
Semoga beliau selalu dirahmati oleh Allah di alam sana. AAMIIN. Beliau
meninggal pada saat peringatan hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2011 dan
di saat bulan Ramadhan. Eh tiba-tiba Tante Tini menyapa seorang Ibu yang sedang
berziarah di makam suaminya bersama anak perempuannya yang berumur 20 tahun.
Suaminya meninggal karena kecelakaan pada saat hari kedua Ramadhan. Beliau
bersama temannya tapi yang uniknya temannya hanya luka ringan. Itulah takdir
kematian. Suaminya sudah waktunya berpulang ke rahmatullah di bulan suci.
Astaghfirullah, di kuburan pun aku dirayu oleh setan. Ibu yang ditinggal
suaminya masih terlihat muda walaupun sudah mempunyai anak gadis berumur 20
tahun. Haha. Ya sudahlah, sekian cerita pusing-pusingnya. Ambil yang baiknya,
buang yang buruknya. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar