Selasa, 25 Maret 2014

Hari Keempat : Pusing-pusing di Malaysia (Serial Musafir Cinta)

Kali ini aku agak siang berangkatnya sekitar pukul 10 pagi waktu Malaysia setelah shalat Dhuha di Surau dan tidur Dhuha sejenak.hihi. Maklum tadi malam aku terkena demam. Aku teringat zamanku kecil sering banget demam bahkan kata Om Bas seharusnya daya imunku sudah kuat. Alhamdulillah, aku jarang demam selama kuliah ini. Mungkin demamnya kasihan kepadaku yang sebatang kara di perantauan. Dulu, ketika aku demam aku tak mau dimatikan lampunya karena jika dimatikan demamku tambah panas dan juga segera dikompres menggunakan air biasa serta banyak minum air. Nah, pas malam itu, aku bingung mau ngompres pake apa, terpaksalah pake kolorku yang masih bersih. Ga mungkin juga aku bangunin keluarga Tante Tini untuk merengek minta kompres. Udah kayak Mr. Bean buanget diriku. Alhamdulillah, paginya demamku mereda.
Ingin merasakan kalau naik Metro Bus di siang hari. Bedanya, lebih lama nunggu datang busnya plus jalanannya lebih sepi. Aku turun di Leboh Pasar Besar. Areal ini layaknya Malioboro yang bersih abiz dan PKLnya tertata rapi. PKL ini diwadahi tempat yang atapnya seperti layangan khas Malaysia. Aduh aku lupa namanya. Apakah PKL ini bekas relokasi kayak kejadian di Tanah Abang atau di UGM ya?haha. Aku belum sempat menanyakan ke sana.
Lalu aku ke Dataran Merdeka. Di sini aku melihat pelajar-pelajar Malaysia sedang gladi kotor untuk persiapan peringatan Kemerdekaan Malaysia besok Sabtu tanggal 31 Agustus 2013. Mereka berbaju dan perlengkapan warna warni seperti payung, sapu tangan, pom-pom dan lain-lain. Warna warni ini mungkin melambangkan keanekaragaman yang ada di Malaysia. Makanya jargon pariwisatanya yang terkenal sebagai Malaysia Truly Asia. Mereka diajari beberapa gerakan oleh beberapa instruktur seperti jika dirimu sering nonton PSS Sleman, ada atraksi yang cantik yang dimainkan oleh suporternya atau yang pernah dilakukan juga ketika Peringatan 100 Tahun Kebangkitan Indonesia Tahun 2008 yang lalu di Gelora Bung Karno atau saat opening ceremony Olimpiade dan olahraga lainnya.
Aku juga kasihan dengan pelajar-pelajar Malaysia yang dijemur di tengah terik matahari. Untungnya di baju mereka ada tutup kepalanya seperti jas hujan. Aku mengira itu memang didesain untuk anti panas dan sekaligus mendukung atraksi. Wisatawan yang mayoritas dari negeri Cina pun merekam kejadian itu. Pelajar Malaysia jadi objek wisata. Luar biasa juga pendanaan acara ini. Bayangkan saja biaya pakaian, perlengkapan, konsumsi ratusan peserta untuk pra hari H plus hari H. Andaikan biaya perayaan seperti itu digunakan untuk warga Malaysia yang masih banyak kurang mampu. Aku jamin atraksi besok tanggal 31 Agustus 2013 pasti akan memukau publik Malaysia dan juga wisatawan yang sedang berkunjung ke Malaysia tapi apakah dengan itu rakyat Malaysia yang kurang mampu sejahtera?Ini juga berlaku untuk Indonesia dan negara lain agar berempati dengan yang sedang kekurangan. Itulah bentuk syukur dari nikmat kemerdekaan yang masih dipertanyakan di antara tangan asing yang masih mencengkeram baik Malaysia dan Indonesia.
Setelah puas sekilas atraksi pelajar-pelajar Malaysia, aku menuju Perpustakaan KL yang tak jauh dari sana untuk mencari referensi terkait pariwisata Malaysia. Sayang sekali, sulit aku temui di sana. Tapi aku menemukan sebuah buku The Uncovenient Truth karya Al-Gore yang menceritakan perubahan Bumi dari tahun ke tahun yang malah semakin rusak akibat ulah tangan manusia itu. Pantas saja Allah mengingatkan kita di Al-Qur’an. Dari buku itu aku sadar aku tidak hanya seorang manusia Indonesia tetapi juga manusia yang dititipkan Bumi oleh Allah. Indonesia hanya segelintir dari Bumi. Oleh karena itu, seluruh umat manusia harus berperan menjaga Bumi ini yang terus-terusan dirakusi oleh manusia yang berpikiran jangka pendek dan untung tapi buntung di masa depan. Aku juga menyadari bahwa diriku juga berkontribusi akan kerusakan Bumi ini misalnya menggunakan listrik yang berbahan bakar fosil dll. Tapi aku juga harus berkontribusi lebih banyak untuk penyelamatan Bumi seperti mengingatkan keluarga dan temanku untuk berkontribusi dalam penyelamatan Bumi ini salah satunya dan banyak cara lain yakni berjalan kaki dll.
Perpustakaan KL ini mempunyai Lincoln Corner dan ada sudut mewah di lantai atas yang berisi sofa dan kumpulan buku serta video tentang film. Dan yang paling tidak enak di Perpustakaan KL ini yang bukan anggota harus membayar untuk ngenet dan yang anggota gratis tapi Cuma 1 jam. Kalau di Perpustakaan Jogja, aku bisa ngenet di PCnya 1 jam istirahat bentar sambil baca buku eh lanjut ngenet lagi.
Di jalan Masjid India ini akan kita temukan berbagai produk khas India dan tentunya orang India seperti diriku. Sejak kecil aku sering dibilang kayak orang India karena ada bekas cacar di antara dua alis mataku plus mataku yang besar. Ini akibat Ibuku sejak hamil ngidam nonton film India apalagi kalau bintangnya Amitabh Bachan. Ternyata di sini ada PKL juga malah jual gorengan juga tapi gorengan khas India. Bau di jalan ini pun khas buanget plus lagu Indianya. Pokoke keren jalan di sini seperti ada ikatan emosi diriku dengan India. Semoga suatu saat aku bisa ke India. AAMIIN. Oh ya, aku kan bisa ikut dengan teman-teman Jama’ah Tabligh ke India. Aku dulu waktu SD hobi buanget mandi di laut pernah bertanya kepada Ayahku, kalau aku hanyut nanti aku terdampar dimana. Ayahku menjawab India. WOW. ^_^
Aku shalat Dzuhur dan Ashar berjama’ah di Masjid Jamek yang dekat dengan Sungai Gombak dan Sungai Klang. Masjid ini merupakan salah satu objek wisata. Yang lucunya, ini menjadi tontonan bule-bule. Di Indonesia masjid kayak ini mah berserakan. Tapi aku akui arsitekturnya bagus buanget dan tampak baru dibangun walaupun sudah lama berdiri. Ini kuacungi jempol untuk perawatan Masjid Jamek yang terletak dekat dengan RapidKL. Di depan pintunya ada fatwa semacam Majelis Ulama Malaysia tentang Syiah plus etika di masjid yang panjang buanget serta tulisan dilarang tidur. Ini yang paling sulit aku hindari yakni tidur karena kecapekan berpusing-pusing. Aku tidak tidur telentang tapi bersandar di salah satu pojok. Alhamdulillah, tidak kena tegur. Ada seorang Bapak yang tidur telentang langsung dilirik galak oleh pengurus Masjid yang sedang mengulang ngajinya.
Tahukah dirimu bahwa salah satu Imam Masjid Jamek ini adalah seorang yang buta? Beliau penuh senyum. Aku tepat shalat di belakangnya. Pada saat beliau jadi makmum, beliau benar-benar menggunakan hatinya dan kekuatan rabaan di kulitnya sehingga kakiku di sampingnya tidak diinjak oleh kakinya yang besar. Beliau mempunyai badan yang besar. Sebelum qamat dikumandangkan, beliau dituntun oleh temannya. Aku jadi ingat yang disampaikan oleh Ustadz Nur yang membimbingku kuliah pra nikah dimana dia menjodohkan seorang yang buta dengan gadis yang rupawan. Gadis tersebut berkata aku menerima lamaran lelaki buta tersebut karena agamanya. Lelaki buta tersebut hafizh Qur’an. Aku merasa ditonjok. Pantas aku ga laku-laku. Aku tak habis pikir dengannya dan orang yang mempunyai keterbatasan seperti lumpuh atau tuna rungu dalam menghadapi kehidupannya. Mereka orang yang tangguh di tengah keterbatasan. Aku sering menutup mataku saat sholat agar aku bisa berkonsentrasi. Mata ini telah banyak melihat yang diharamkan oleh Allah sehingga sulit berkonsentrasi. Astaghfirullah. Aku mohon ampun ya Allah.
Pasar Gombak adalah tempat berjualan Tante Tini. Beliau menjual jilbab, baju muslim, sajadah dan kebutuhan haji lainnya. Di Pasar Gombak ini aku bertemu lagi dengan Mbak Emi yang berasal dari Bangkalan, Jawa Timur. Mbak Emi merupakan karyawan yang dipekerjakan oleh Tante Tini sejak 6 tahun yang lalu. Beliau sudah bekerja di Malaysia selama  9 tahun lebih. Pertama kali kulihat Mbak Emi nan keibuan ketika memberiku minum yang baru datang ke rumah Tante Tini. Sregggggggggg. You know what I meanlah. Aku paling mudah luluh dengan perempuan keibuan. Tapi sayang sekali ketika dia bilang sudah menikah dan punya anak 1 berumur 7 tahun. Patah hati dech. Aku langsung berkeliling untuk mengobati patah hatiku. Wuah,pasar Gombak ibarat mal tapi sederhana dan tidak terlalu ramai. Andaikan pasar tradisional di Indonesia seperti ini. Bayangkan saja biaya sewa per harinya saja 2 ringgit lebih murah daripada orang yang nyewa di Foodcourt UGM. Haha.Kata Mbak Emi lagi ini karena Kerajaan memfasilitasi orang pribumi atau yang sering disebut Bumiputera. Pemerintah Malaysia yang masih care dengan orang pribumi. Di Indonesia, pemerintah hanya omongnya yang mendukung orang Indonesia tapi tindakannya mendukung asing. Semoga pemimpin kami diberi hidayah oleh-Nya. AAMIIN.

Aku pun pulang bersama Tante Tini jam 5 sore waktu Malaysia dengan menaiki mobil Bang Ben yang keren. Aku diajak berkeliling sekejap ke Universitas Islam Antar Bangsa (UIA). Kampusnya beda tipis dengan UI Depok dalam hal tempat dan bangunannya.  Akan tetapi lebih Islami.Yaiyalah. Setelah pusing-pusing, aku berziarah ke kuburan suami Tante Tini yakni Om Othman, tak jauh dari UIA. Aku membacakan do’a untuk beliau. Semoga beliau selalu dirahmati oleh Allah di alam sana. AAMIIN. Beliau meninggal pada saat peringatan hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2011 dan di saat bulan Ramadhan. Eh tiba-tiba Tante Tini menyapa seorang Ibu yang sedang berziarah di makam suaminya bersama anak perempuannya yang berumur 20 tahun. Suaminya meninggal karena kecelakaan pada saat hari kedua Ramadhan. Beliau bersama temannya tapi yang uniknya temannya hanya luka ringan. Itulah takdir kematian. Suaminya sudah waktunya berpulang ke rahmatullah di bulan suci. Astaghfirullah, di kuburan pun aku dirayu oleh setan. Ibu yang ditinggal suaminya masih terlihat muda walaupun sudah mempunyai anak gadis berumur 20 tahun. Haha. Ya sudahlah, sekian cerita pusing-pusingnya. Ambil yang baiknya, buang yang buruknya. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar