Rabu, 26 Maret 2014

Hari Terakhir Malaysia: Perpisahan, Bercumbu Kembali dengan Jogja (Serial Musafir Cinta)

Setelah Shalat Shubuh berjama’ah terakhir kalinya di Surau Gombak ini, aku pun segera mandi dan sarapan agar aku siap duluan daripada Tante Tini, Zizi dan Kak Sarah yang mau mengantarkanku ke KL Sentral. Di kamar mandi Malaysia hampir sama dengan kamar mandi Indonesia. Didominasi oleh perusahaan asing. Ckckck. Sarapan sangat kunikmati. Aku pun berbincang-bincang dengan Tante Tini lalu Tante Tini memperlihatkan koleksi album fotonya. Di album foto itu aku melihat foto-foto Kak Sarah yang wisuda dari MARA Tech, pernikahan Kak Sri dan ketika keluarga Tante Tini liburan ke Singkarak serta kampung halamannya Pariaman.
Melihat foto Baralek Gadang Kak Sri, aku juga pengen segera Baralek Gadang agar bisa mengumpulkan keluarga yang sangat besar sekali dan teman-temanku dimanapun di seluruh dunia. Jika itu tak terjadi di dunia, biarlah nanti bertemu mereka di surga. Sampai jumpa! Keluarga Tante Tini liburan ke Danau Singkarak bersama keluarga Teta Pat dan terselip Ayahku yang penuh tawa. Foto di rumah yang sudah roboh karena gempa kemarin pun terekam. Masih ada canda tawa di sana. Sekarang rumah itu sudah jadi kecil. Dan kemesraan itu perlahan hilang. Semoga suatu saat kita bisa berkumpul lagi, Keluargaku.
Sambil menunggu Kak Sarah dan Zizi bersiap-siap, aku pun nonton peringatan Hari Kemerdekaan Malaysia di Dataran Merdeka. Berbagai atraksi ditampilkan mulai dari pelajar sampai tentara Malaysia. Masih teringat jelas aku melihat langsung dengan mataku sendiri perjuangan latihan pelajar dan tentara Malaysia di Dataran Merdeka. Mereka rela berpanas-panasan, meneteskan keringat dan berlapar-haus untuk penampilan yang memukau ini. Orasi dari Najib Razak, Perdana Menteri Malaysia, yang berterimakasih atas semua penampilan tadi. Kharisma Najib dapat buanget. 
Sebelum aku pergi, aku diberi salam tempel dari Kak Ana yang akan menikah bulan November, Kak Ayin yang mempunyai 2 anak yang lucu, Tante Nu yang mirip dengan Ayahku dan Kak Sarah yang telah rela mengantri, membelikanku makanan di KL Sentral, membelikan tiket pesawat KL-Jogja, serta membookingkan aku bus menuju LCTT (bandara Air Asia di KL) dan so pasti Tante Tini yang sudah menjadi Ayah dan Ibuku selama di KL. Terimakasih atas kebaikan kalian. Terimakasih juga kepada Bang Ben yang rela tidur di atas karpet di depan ruang TV selama 1 minggu agar aku bisa tidur di kamarnya. Aku naik mobil yang disupiri oleh Zizi kembali. Terimakasih telah menjemput dan mengantarku,Zi. Aku akan selalu mengingat kebaikan kalian. Aku akan mendo’akan yang terbaik untuk kalian. Saat ini hanya itu yang bisa aku balas untuk kalian. Semoga aku diberi kekuatan lebih untuk membalas kebaikan kalian.
Di KL Sentral, aku diberi Tante Tini ice cream Mc Donald dan Kak Sarah juga memberiku King’s Burger. Sulit sekali untuk menolaknya. Aku sudah menolak tapi apa daya aku luluh. Semoga ini terakhir kali aku makan produk ini. Suatu saat dirimu akan mengerti. Di King’s Burgernya ada Coca Cola yang dapat membersihkan besi berkarat, bagaimana itu ada di perutku. Kalau bahasaku, makanan ini makanan kapitalis yang tidak sehat. Oleh karena itu, banyak kapitalis yang sakit dan tidak menikmati hidupnya. Liatlah Rasulullah dengan sunnah-Nya tak pernah sakit kecuali sebelum ajalnya menjemput. Salah satu karena makanannya.
Di bus menuju LCTT, aku duduk di dekat pramugari Air Asia nan seksi. Grogi juga aku duduk beliau. Harus kuat iman. Astaghfirullah. Alhamdulillah, dia fokus dengan Hpnya, aku fokus menghafal jalan Kuala Lumpur jika aku suatu saat kembali ke sini sehingga tak merepotkan Zizi, Pak Zul dan Yusuf serta keluarga Tante Tini yang lain untuk menjemputku. Setiba di LCTT, tujuanku adalah WC karena kebelet sejak di bus. Eh, jangan pikiran negatif ya. Haha. Aku masih ingat apa yang kubaca bahwa menahan pipis bisa mengakibatkan infeksi kandung kem
ih. Penyakit dicegah kan ya? Setelah itu, aku check in. Check in beres, saatnya bertemu Allah alias shalat Dzuhur dan Ashar yang kujamak qashar. Aku ditunjuk sebagai imam oleh Bapak yang kuajak untuk jama’ah. Di Masjid LCTT ini masih kuliat para lelaki bersorban yang selalu punya ciri khas. Suatu saat ini akan menjadi mode masa depan. Dulu ini adalah mode yang ditiru oleh semua orang di zaman kejayaan Islam. Tapi sekarang tidak, Islam telah redup oleh aplikasi dari penganutnya.
Aku pun duduk di terminal T5. Di sana ada orang Jogja juga. Eh tiba-tiba ada teman dari Jogja juga yang baru membeli bir Jack Daniels. Kata dia sich ada yang nitip. Wow, besar juga Jack Danielsnya. Aku duduk di pesawat bagian belakang. Dan isi penumpangnya pun tidak full. Ada salah satu pramugarinya yang memakai bulu mata yang panjang dan alis mata yang gundul sangat jutek sekali ketika aku meminjam pulpen untuk mengisi keperluan cukai. Untungnya, ada pramugari Indonesia yang ramah meminjamkan pulpen kepadaku. Di depanku ada dua sahabat yang bertemu kembali sejak lama dimana yang perempuan sudah hilang logat Jawanya dan kentara Melayunya kata teman lelakinya. Hihi.
Di Bandara Adi Sutjipto, aku diinterogasi oleh petugas keimigrasian. Aku suka dicurigai. Berarti aku diperhatikan. Sepertinya aku dicurigai karena aku berangkat dari Padang lalu ke KL dan tibalah di Jogja. Aku ditanyai ngapain di Jogja dan di KL lalu dia minta buktinya. Aku jawab dengan tegas dan jujur agar aku tak nampak bersalah. Aku juga keluarin bukti ku mengoleksi data di KL yakni di laptopku. Setelah itu, petugasnya meminta maaf karena telah menggangguku. Selamat datang di Jogja Berhati Nyaman setelah 2 bulan tak bercumbu denganmu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar