Senin, 17 Maret 2014

Aisyah Bukan Jodohku, Lalu Siapa? (Serial Musafir Cinta)

Kisah ini mungkin akan fenomenal.”
“Geer banget sich lo,San?”
“Karena kisah ini bisa mengguncang keharmonisan rumah tangga orang.”
“So what gitu loh? Jika keluarganya sakinah mawaddah warahmah walaupun badai menghadang pasti akan terlewati dengan mudah. Apalagi dirimu, San. “
Kisah ini berawal dari kekagumanku pada seorang gadis, eh bukan gadis lagi sekarang, kalau dulu iya. Gadis itu sebut saja Aisyah (kenapa ga Bunga? Sudah terlalu pasaran dan lucunya kenapa nama Bunga yang bagus harus selalu dikaitkan dengan nama korban pemerkosaan atau gadis penghibur yang lagi diwawancarai di sebuah tayangan televisi? Tanya aje ma TV? TV benar-benar diskriminasi dengan namanya Bunga.haha.^_^). Aisyah adalah temanku ketika sekolah di SMP 1 Padang, dulu sebelum Indonesia merdeka namanya MULO. Bung Hatta, Wapres pertama Republik Indonesia pernah bersekolah di sana (berarti diriku harus bisa melebihi Bung Hatta yakni menjadi Presiden. Mimpi kaleee yeee kata sebuah reality show jaman dulu yang mempertemukan fans yang fanatik dengan idola yang sok cool). Setahuku, hanya dia satu-satunya gadis yang memakai jilbab di angkatanku. Aku sudah mengenalnya sejak kelas 1 SMP karena dia juga sekelas dengan sahabat SDku dan popularitasnya yang terkenal di seluruh sekolahan yakni gadis sholehah dan alim. Can you imagine her? Husss, ga boleh membayangkan istri orang. Alhamdulillah, mungkin berkat do’aku, akhirnya, aku ditakdirkan sekelas dengannya ketika kelas 3 SMP dan yang paling membuat senang diriku adalah tempat duduk kami dekat. Dia duduk di depanku, eh, tapi jangan salah dia selalu menoleh melihatku di belakang (San,masih aja geer dirimu).
Pada saat kelas 3 SMP itu, aku semakin akrab dengannya karena faktor tempat duduk yang strategis tadi. Rupanya, kami mempunyai kesenangan yang sama yakni puisi walaupun aku lebih sering memendam kesenanganku ini. Mungkin karena aku khawatir membawa beban yang sangat berat yakni cucu dari pujangga terkenal di Sumatera Barat, Rusli Marzuki Saria yang sering dipanggil Papa oleh para fansnya tapi aku memanggilnya Inyiak. Aku khawatir disandingkan dengan Inyiak yang hebat berpuisi walaupun kadang-kadang aku sering diminta untuk berpuisi bagi yang mengenalku sebagai cucu Papa Rusli Marzuki Saria. Sangat berat,Bro.
Aku masih ingat ketika penampilan terakhir kami anak-anak kelas 3 SMP untuk adik-adik kelas dan Bapak Ibu Guru SMP 1 Padang. Aisyah mempersembahkan sebuah puisi yang sangat indah sedangkan aku dan para lelaki di kelas kami yang berbadan besar menyajikan penampilan Pom-Pom Boys. Ada yang tahu Pom-Pom Boys?  Pertama kali, aku mau latihan perdana Pom-Pom Boys, aku berpikir sejenis apakah itu. Tapi setelah menjalani latihan demi latihan, ternyata sangat mengasyikkan, lucu dan melelahkan. Melelahkan karena aku tidak jago semacam itu dan you know my body is big.  Saat tampil di tengah lapangan SMP 1 Padang eh tiba-tiba topeng yang aku pakai itu copot dan wajahku siap jadi terkenal seantero SMP. Adik-adik kelas ketika bertemu denganku pasti tertawa. Aku hanya bisa bersyukur aku bukan senior yang galak tapi lutchuw dan bisa membuat mereka bahagia.
Oke, sekarang kita fokus ke Aisyah kembali. Sayang sekali, ketika SMA kami tidak satu sekolah. Aku di SMA 1 Padang alias cukup loncat pagar saja (bertetanggaan SMP 1 dengan SMA 1 Padang) dan Aisyah di SMA 3 Padang. Terpisahlah kami. Tapi aku bertekad di masa depan aku bisa menikahinya. Di bangku SMA, aku pun tetap mencari informasi dari teman dekatnya seperti nomor HPnya dan kegiatannya di SMA. Dia sangat aktif di kegiatan ekstrakurikuler yakni ROHIS dan dia menjadi ketua Forum Annisa, semacam aktivitas kemuslimahan. Astaghfirullah, aku pun juga mencemplungkan diri di ROHIS karena ingin “nyambung” dengan Aisyah. Karena niatku yang salah malah aku pun banyak melakukan kesalahan. Ini sebagai pelajaran bagiku, setiap tindakan itu harus mempunyai niat yang lurus LILLAHI TA’ALA.  Don’t try this everywhere, not just at home.
Pada suatu waktu, ketika aku menggantikan Ketua ROHIS SMA 1 Padang di sebuah acara pertemuan maka bertemulah diriku kembali dengan Aisyah setelah 1 tahun lebih tak bersua. Dirinya tetap menyapaku dengan lemah lembut. Awwwwww. Ya, begitulah godaan setan dalam merayuku. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala jika melihat masa lalu dan apa yang telah aku lakukan. Dan semoga sahabatku yang membaca ini bisa belajar dari kesalahanku.
Waktu terus berlalu sampailah ketika aku membuka Facebookku, ada undangan pernikahan Aisyah dengan seorang lelaki. Undangan itu datang ketika aku sedang libur Ramadhan di Padang sejak 2 tahun aku tak pernah pulang kampung. Berita yang sangat mendadak dan membuatku terkaget-kaget sampai aku ketawa ga jelas dibuatnya di sebuah warnet di depan kompleks rumahku. Dia menikah di kala umur 20 tahun dan sedang menempuh studi di Universitas Andalas. Dia akan baralek gadang (resepsi pernikahan) pasca Lebaran tahun itu. Kandaslah rencana dan impianku sejak SMP.
Sejak saat itu, aku pun berniat untuk segera menikah juga. Target menikahku adalah tahun 2012. Dan sekarang tahun 2013, target menikahku pun sudah lewat. Beberapa gadis pun telah kulamar tapi selalu ditolak. 1 tahun yang lalu, aku pernah berkata kepada Aisyah bahwa aku mau menikah tapi belum ada jodohnya (siapa tahu dia punya kenalan Aisyah yang lainnya. Ngarep.com.haha). Dia pun menasihatiku dan merekomendasikanku kepada suaminya terkait persiapan menikah. Aku pernah bertanya kepada suami Aisyah kenapa dia memilih Aisyah sebagai istrinya. Dia menjawab karena dia rekomendasikan oleh seorang Ustadz dan dia yakin Aisyah adalah gadis yang sholehah. Aku juga mengiyakan apa yang diungkapkan oleh suaminya.
Sekarang, Aisyah dan suaminya mempunyai dua anak yang lucu-lucu. Hubunganku dengan Aisyah sekarang tetap menjadi hubungan persaudaraan seiman. Aku selalu mendo’akan keluarga mereka terus berproses menjadi keluarga sakinah mawaddah warohmah. AAMIIN. Mohon do’anya juga,Kawan. Aku pun juga sedang memantaskan diri untuk membentuk keluarga sakinah mawaddah warohmah. Mohon do’a dan dukungannya ya,Sobat. Aku tidak sepakat dengan kata-kata pernikahan dini ataupun tua, yang ada menikah di waktu yang indah (tepat) bersama orang yang spesial menurut Allah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar