Selasa, 14 November 2017

MAKA NIKMAT YANG MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN? Alangkah ajaibnya masa kecil kita! Sungguh, kita hanya perlu mengingatnya sedikit saja masa di mana kita tidak pernah mengeluh tentang apapun yang terjadi. Bukankah hal ini ajaib? Karena nyatanya setelah kita semua dewasa, sungguh tidak mudah menjadi manusia yang tidak pernah mengeluh, seperti saat kanak-kanak dahulu. Ketika hujan turun, kita tidak berkomentar, justru yang kita lakukan bermain dengan hujan tersebut mencoba-coba merasakan tetes-tetes yang turun di halaman rumah dengan tangan kecil kita. Begitu uang jajan habis, kita cukup berlari mendekati teman yang masih memegang jajanan yang baru saja ia beli, dan dengan tertawa lepas ia berbagi makanan bersama, walaupun terkadang ia cukup usil dengan memancing kita merebut terlebih dahulu cemilan tersebut. Sewaktu menonton film kartun kesukaan, spontan kita berimajinasi menjadi jagoan paling keren dalam film itu. Kita tahu orang dewasa sedang memperhatikan keanehan akting khayalan yang sedang kita lakukan, tetapi hal tersebut sama sekali tidak membuat keseruan ini berhenti. Benar-benar ajaib bukan? Bandingkan setelah usia kita disebut dewasa, justru membutuhkan keajaiban untuk bersikap layaknya masa kecil. Sikap yang tidak pernah mengeluh, tidak merasa khawatir dengan apa yang hilang, dan tidak pernah merasa tersinggung dengan perkataan orang lain. Padahal, sungguh kita hanya perlu merenungkannya sedikit saja nikmat yang setiap saat kita terima untuk menjadi manusia dewasa yang tidak pernah mengeluh tentang apapun yang terjadi. Pikirkanlah keterampilan yang kita kuasai, dan dengannya kita mendapat sebuah pekerjaan di kantor. Bukankah banyak orang yang memiliki keterampilan hampir setara seperti kita, tetapi mereka masih menganggur. Pikirkanlah jalan raya yang setiap hari kita lewati dengan aman dan selamat, padahal di jalan yang sama ada orang lain yang mengalami kecelakaan ketika melintasinya. Pikirkanlah saat kita pernah mendapat pengobatan rawat inap di rumah sakit, dan sekarang kita bisa sembuh seperti sedia kala. Padahal di atas kasur tersebut, ada pasien lain yang meninggal dunia di ruang rawat yang sama pula. Pikirkanlah berapa banyak doa-doa yang telah Allah kabulkan untuk kita selama ini. Padahal saudara kita yang lain berdoa dengan permintaan yang sama, tetapi mereka masih ditangguhkan pengabulannya. Jadi, ternyata tidak perlu keajaiban untuk berhenti mengeluh. Yang kita perlukan hanya mensyukuri nikmat yang luar biasa banyaknya, yang selama ini kita abaikan. Salam Hijrah. ⏰ Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita!

MAKA NIKMAT YANG MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN?

Alangkah ajaibnya masa kecil kita! Sungguh, kita hanya perlu mengingatnya sedikit saja masa di mana kita tidak pernah mengeluh tentang apapun yang terjadi. Bukankah hal ini ajaib? Karena nyatanya setelah kita semua dewasa, sungguh tidak mudah menjadi manusia yang tidak pernah mengeluh, seperti saat kanak-kanak dahulu.

Ketika hujan turun, kita tidak berkomentar, justru yang kita lakukan bermain dengan hujan tersebut mencoba-coba merasakan tetes-tetes yang turun di halaman rumah dengan tangan kecil kita.

Begitu uang jajan habis, kita cukup berlari mendekati teman yang masih memegang jajanan yang baru saja ia beli, dan dengan tertawa lepas ia berbagi makanan bersama, walaupun terkadang ia cukup usil dengan memancing kita merebut terlebih dahulu cemilan tersebut.

Sewaktu menonton film kartun kesukaan, spontan kita berimajinasi menjadi jagoan paling keren dalam film itu. Kita tahu orang dewasa sedang memperhatikan keanehan akting khayalan yang sedang kita lakukan, tetapi hal tersebut sama sekali tidak membuat keseruan ini berhenti.

Benar-benar ajaib bukan? Bandingkan setelah usia kita disebut dewasa, justru membutuhkan keajaiban untuk bersikap layaknya masa kecil. Sikap yang tidak pernah mengeluh, tidak merasa khawatir dengan apa yang hilang, dan tidak pernah merasa tersinggung dengan perkataan orang lain.

Padahal, sungguh kita hanya perlu merenungkannya sedikit saja nikmat yang setiap saat kita terima untuk menjadi manusia dewasa yang tidak pernah mengeluh tentang apapun yang terjadi.

Pikirkanlah keterampilan yang kita kuasai, dan dengannya kita mendapat sebuah pekerjaan di kantor. Bukankah banyak orang yang memiliki keterampilan hampir setara seperti kita, tetapi mereka masih menganggur.

Pikirkanlah jalan raya yang setiap hari kita lewati dengan aman dan selamat, padahal di jalan yang sama ada orang lain yang mengalami kecelakaan ketika melintasinya.

Pikirkanlah saat kita pernah mendapat pengobatan rawat inap di rumah sakit, dan sekarang kita bisa sembuh seperti sedia kala. Padahal di atas kasur tersebut, ada pasien lain yang meninggal dunia di ruang rawat yang sama pula.

Pikirkanlah berapa banyak doa-doa yang telah Allah kabulkan untuk kita selama ini. Padahal saudara kita yang lain berdoa dengan permintaan yang sama, tetapi mereka masih ditangguhkan pengabulannya.

Jadi, ternyata tidak perlu keajaiban untuk berhenti mengeluh. Yang kita perlukan hanya mensyukuri nikmat yang luar biasa banyaknya, yang selama ini kita abaikan.

Salam Hijrah.
⏰ Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar